Saturday, April 9, 2016

NURJANNAHMENABUR CINTA MENUAI DERITA


P E N G A N T A R

Ini sebuah Novel tentang seorang wanita yang menabur cinta, namun lebih banyak memperoleh derita dibandingkan bahagia yang didambakannya. Cerita ini semata mata hanya karangan dan imajinasi belaka dan tidak ada hubungannya dengan siapapun . Andai terdapat kesamaan nama, karakter, tempat, institusui dan sebagainya , maka hal tersebut merupakan  kebetulan  belaka dan tidak dapat dikaitkan   dengan seseorang atau siapapun. Cerita inii  ditulis oleh Linud Diaz dan di up load oleh Dunil Zaid

MENINGGAL DALAM SENGSARA


MENINGGAL DALAM SENGSARA

Nurjannah  dapat telepon dari anaknya    bahwa bapak anaknya itu sudah berpulang.  Nurma anak Nurjannah terdengar terisak ketika menyampaikan berita itu. Bapak Nurma adalah mantan suami Nurjanah. Dia sudah sebulan dirawat di rumah sakit karena menderita kanker usus. Nurjannah sama sekali tidak berduka mendengar kematian mantan suaminya itu. Terlalu berat bagi Nurjanah untuk memaafkan perlakuan mantan suaminya itu terhadapnya.  Dia tidak habis pikir lelaki yang dicintainya sepenuh hati itu  sampai hati mengkhianati cintanya. Nurjannah merasa sudah memberikan segalanya kepada kekasih hatinya itu, cinta , kasih sayang yang menghasilkan dua orang putri mereka yang cantik. Bahkan saat suaminya kesulitan keuangan dalam menyelesaikan proyek proyeknya Nurjanah ikut menyuntikkan modal baginya. Pernah pula uangnya tidak kembali karena peroyek itu rugi.  Bahkan  ketika Ramadan tidak ada proyek alias menganggur, maka Ramadan pun menjadi tanggungan Nurjannah karena Nurjanah lah yang memberinya nafkah dan membiayai hidupnya.

Setelah hening sejenak , Nurjannah akhirnya bicara kepada anaknya Nurma yang masih menunggu reaksi ibunya .
“Jadi jenazahnya dimana ?. Masih dirumah sakit ?”
“Iya Ma. Masih dirumah sakit. Sekarang sedang diurus surat kematian dan administrasi lainnya.“
“Oke lah , nanti mama datang”.

Dalam hatinya Nurjannah merasa tidak perlu melayat mantan suaminya itu. Namun karena ingin menenggang perasaan anaknya yang  mengharapkan kedatangannya, diapun melawan hati kerasnya ,  dan hanya demi anaknya sajalah dia mau melayat laki laki mantan suaminya itu.
Dalam perjalanan,  di mobilnya yang dikendarainya sendiri dia berusaha mengingat ingat kenangan manis tentang kebaikan lelaki yang menjadi pacarnya sejak gadisnya itu yang kemudian berlanjut ke pelaminan. Namun semua kenangan indah itu cepat tertutup awan gelap  karena yang terbayang  lebih banyak luka hati karena perbuatan suaminya yang sangat menyakitkan baginya.

Saat Nurjannah  sampai di rumah sakit , anaknya datang memeluknya sambil terisak berkata kepadanya : “maafkan papa ya Ma”. Nurjannahpun memeluk anaknya itu dan mengusap usap punggung anaknya, menyabarkan anaknya atas duka nya.
Kemudian Nurjannah hanya bicara sepatah kata saja, “Iya.”. sehabis itu dia tidak bicara lagi. 
Nurjanah sama sekali tidak merasa sedih melihat wajah mantan suaminya yang sudah terbujur kaku di kamar mayat di Rumah Sakit Pelni di Petamburan yang tidak terlalu jauh dari rumah Nurjanah
Adik Nurma , Melda ternyata juga sudah sampai di disana dan ikut memeluk ibunya sambil juga terisak. Namun Melda tidak berkata apa apa. Dia amat maklum kalau bapaknya banyak kesalahan terhadap ibunya yang amat setia kepada papanya, namun tidak diimbangi si papa dengan berbuat hal yang sama.
Tidak lama setelah Nurjannah melihat si mayit, Ranisa  istri muda suaminya pun datang menyalaminya. Ranisa itu masih sangat muda, hanya berbeda usia sekitar         5   tahun lebih tua dari Nurma anak pertama Nurjannah yang berusia sekitar 18 tahun.  Nurjannah menerima salam Ranisa itu sekedarnya saja. Ranisa Nampak sedih, namun ada perasaan lega di hatinya. Dia lega karena Ir. Ramadan suaminya yang meninggal itu sudah cukup lama menderita sakit. Ramadan adalah seorang pengusaha, seorang kontraktor istilah umum dia itu pemborong. Sebagai pemborong kadang ada proyek dan kadang tidak ada. Ramadan sejak berpisah dengan Nurjannah kebanyakan menganggur dan dalam waktu yang cukup lama menganggur itu, tentu saja keuangannya morat marit, sehingga  Ranisa yang bekerja di Departemen PU sebagai pegawai negeri itulah yang membiayai hidup mereka. Kehidupan mereka semakin hari semakin sulit, terlebih setelah diketahui bahwa Ramadan yang mulai sakit sakitan itu ternyata mengidap kanker usus.
Selama dua tahun dia berobat jalan, dan sebulan terakhir dirawat di Rumah Sakit karena semakin parah. Dia sudah tidak bisa  buang air besar melalui anusnya. Untuk membantu mengeluarkan kotoran (feses) maka perutnya di sebelah kanan dibolongi sebagai pengganti anus dan dipasang sebuah kantong yang disambung langsung ke ususnya untuk menampung kotorannya. Itulah usaha dokter untuk mengatasi kesulitan Ramadan yang tidak bisa buang air besar melalui anusnya. Apabila kotoran  tidak dikeluarkan,  maka  kotoran itu dapat  meresap kembali ketubuhnya dan menjadi racun pula baginya. Terlihat kalau penyakit itu sangat menyengsarakan Ramadan. Ranisa amat kasihan atas penderitaan suaminya yang dicintainya itu.      
Dengan berakhirnya penderitaan Ramadan, maka sekarang beban Ranisa terasa diangkat darinya. Namun dia tidak menyesal mengawini laki laki yang berbeda usia dua puluh dua tahun lebih tua dari dia.  Dia cukup bahagia hidup sebagai suami istri bersama Ramadan. Ramadan orangnya ganteng, pandai bicara dan memang hebat dalan  soal menggaet perempuan. Ranisa  baru mengetahui  enam bulan sebelum suaminya  mulai sakit, ternyata ada lagi perempuan lain selain Nurjannah yang diketahuinya sebagai istri Ramadan. Perempuan lain itu berasal dari  Padang. Tapi Ranisa tidak komplain kepada suaminya, dia hanya bertanya apakah betul  suaminya itu punya istri pula di Padang. Ramadan dengan enteng menjawab, betul tapi sudah diceraikannya. Ramadan pun menjelaskan ,  kejadiannya sudah lama , saat itu dia sangat kesepian dan khilaf dan merasa menyesal menikahi perempuan  itu. Ramadan pun memberikan berbagai alasan. Dikemukakannya bahwa  ternyata  itrinya itu hanya suka padanya saat saat uangnya masih banyak saja. Dia tidak sesuai menjadi istri pengusaha kontraktor yang kadang banyak uang kadang ada masa sulit dan susah dalam hal keuangan. Ranisa dapat memahami penjelasan Ramadan sehingga hidup mereka tampak tetap bahagia, tidak terpengaruh terhadap info bahwa  Ramadan punya istri di Padang itu.
                                 ----------------
Sehabis melayat di Rumah Sakit, Nurjanah langsung pulang.  Dia tidak ikut mengantar jenazah mantan suaminya itu ke rumah Ranisa. Dan Jenazah Ramadan diberangkatkan ke makam di Karet bivak setelah di syalatkan di rumah Ranisa . Ranisa , Nurma dan Melda ikut dalam ambulance yang membawa jenazah Ramadan  itu ke rumah Ranisa. Anak Ramadan Nurma dan Melda   ikut menyaksikan pemakaman papa yang mereka sayangi itu sampai selesai.   
                                        ---------------
Ramadan pernah mendapat proyek pembangunan pemukimann transmigrasi di Sitiung Sumatra Barat dan selama pengerjaan proyek itu dia sering mengunjungi kantor Wilayah Transmigrasi di Padang. Disitu  dia sering bertemu dengan seorang sekrertaris di kantor itu. Sang sekretris yang cantik dan masih singg’.--]]]le itu ternyata gampang pula tertarik pada Ramadan yang ganteng dan juga baik hati . Syawalida, nama sekretaris itu sering diajak makan siang oleh Ramadani. Mula mula makan siangnya bersama beberapa  kawan sekantor Syawalida namun makin lama makin dibatasi dan akhirnya sering hanya berdua dan dihari Minggu beberapa kali mereka jalan jalan berdua ke tempat tempat wisata. Ramadan pun akhirnya dikenal oleh keluarga Syawalida sebagai calon suami anak mereka. Ramadan yang pandai bergaul itu tidak sulit masuk dan mendekatkan diri pada keluarga Syawalida.
Hanya enam bulan mereka memadu kasih dan Ramadan dengan Syawalida pun mengikatkan diri sebagai suami istri. Ramadan pun tinggal dirumah Syawalida.

Adalah Mukhtar Ramli Kepala Kanwil  Transmigrasi di Padang itu  yang ikut menyokong perkawinan mereka. Muchtar senang kepada Ramadan, karena pekerjaan proyek yang dipercayakan kepadanya terlaksana dengan bajk. Ramadan juga dipandangnya cukup pandai membawa diri dan pandai mengambil hari Muchtar, karena dia tidak pelit dalam membagi keuntungan atas proyek yang dkerjakannya.

Keluarga Syawalida amat bersyukur karena anak mereka  memperoleh seorang suami  yang Insinyur, pengusaha, yang uangnya pastilah banyak, karena Ramadan sehari harinya dalam hal uang rampak royal kepada keluarga Syawalida. Apalagi nama mereka amat serasi sebagai nama bulan yang berurutan dalam tarikh Islam, setelah Ramadan maka Syawal adalah bulan berikutnya. Ramadan dan Syawal itu tidak bisa dipisahkan bahkan selalu harus seiring sejalan. Keluarga Syawalida menganggap hal itu merupakan takdir bagi keluarga mereka dan merupakan pertanda baik. Syawalida memperoleh calon suami yang dari segi nama saja sudah sangat serasi. Begitulah harapan dari kedua orang tua Syawalida kepada Ramadan.

Setelah menikah Ramadan yang biasa kost di suatu tempat di Padang, merasa amat beruntung. Dari segi biaya pengeluarannya tidak akan berbeda banyak.. Sekarang tidak perlu bayar kost, tinggal di rumah istri yang cantik dan jadi orang terpandang dan menantu yang disegani pula oleh keluarga istrinya. Tidak perlu repot lagi untuk makan ke warung atau membuat sarapan pagi sendiri. Sekarang semua ada yang melayani, bukan hanya soal makan , minum dan mencuci pakainya , bahkan kebutuhan batiniah pun diperolehnya secara 

Nurjannah ,  istri Ramadan di Jakarta adakah wanita karir. Dia bekerja di suatu bank asing di Jakarta. Kepergian Ramadan ke Sumatra Barat dalam rangka mengerjakan proyek transmigrasi di Sumatra Barat itu adalah atas persetujuannya. Nurjannah sama sekali tidak pernah berfikir yang bukan bukan terhadap suaminya. Mereka sudah dikaruniai dua orang anak perempuan yang cantik. Suaminya pastilah tidak akan macam macam disana. Punya istri yang cantik, berkedudukan sebagai Manager di suatu Bank Asing bukanlah posisi sembarangan. Punya anak anak perempuan yang cantik dan berprestasi di sekolah mereka sebagai juara di kelas mereka masing masing  dan pula kedua putrinya itu  sangat disayang oleh Ramadan, tentulah akan mengikat suaminya sehingga kecil kemungkinannya Ramadan akan macam macam terhadap keluarganya. Begitulah jalan pikiran Nurjannah yang lurus itu.

                               ------------------------
Berbeda dengan Ranisa, Nurjannah  merasa tertipu mentah mentah , dia percaya kepada suaminya yang saat itu sedang mengerjakan proyeknya di Sumatra Barat  tak tahunya dia malah kawin lagi disana. Lebih sakit lagi hatinya . suaminya meminta uang padanya dengan alasan untuk memperlicin pengeluaran termijn . Uang pun dikirim oleh Nurjannah , tetapi akhirnya Nurjannah yakin kalau  uang itu adalah untuk keperluan  pernikahannya dengan seorang perempuan di Padang. Nurjannah membandingkan tanngal pengiriman uang kepada suaminya itu berkisar dua minggu dari tanggal saat si suami menikahi itri barunya itu. Setelah itu sering pula suaminya meminta uang    menjelang pembayaran termijn proyek.   Ramadan meminta uang untuk keperluan hidupnya dan tentu saja Nurjannah  tidak ingin suaminya kesulitan di sana dan dengan segera  memenuhi permintaan suami tercinta itu. Terakhir dia tahu bahwa uang itu juga dipakai untuk menafkahi  istrinya disana.

Mulanya Ramadan merasa aman aman saja dan tidak khawatir dengan perbuatannya itu.   Ketika istrinyan ingin mengambil cuti dan akan berkunjung ke tempat suaminya , dengan pandainya dia menghalangi niat istrinya itu dengan berbagai dalih. Bahwa dia tinggal di Sitiung. Sitiung itu masih hutan, tidak ada hotel disana. Dia mengaku selalu ada di proyeknya dan tinggal di barak barak bersama pekerja proyek itu. Proyrk itu harus tetap diawasi , kalau tidak macam macam bisa terjadi dan akhirnya bukan untung melainkan buntung, kata Ramadan. . Karena itu dia tinggal di barak bersama pegawainya disana. Sebab kalau tinggal di Padang terlalu jauh butuh waktu 11 sampai 12 jam pakai mobil antara Padang ke Sitiung. Mendengan kesulitan demikian Nurjannah membatalkan niatnya dan bahkan dia merasa iba pada suaminyan itu yang bekerja sangat keras dalam mengerjakan proyek tersebut.

Sepandai pandai tupai melompat sesekali jatuh juga. Begitulah akhirnya kelakuan Ramadan itu diketahui oleh seorang Tante Nurjannah yang tinggal di Padang. Dia beberapa kali memergoki Ramadan berjalan mesra bersama seorang Perempuan. Si Tante merasa penasaran dan berusaha mencari informasi tentang perempuan itu yang akhirnya diketahuinya bahwa perempuan yang berjalan mesra bersama Ramadan itu adalah pegawai pada Kanwil Transmigrasi di Padang dan adalah istri Ramadan. Dia pun dengan pandainya menggali informasi tentang perempuan itu . meminta alamat dan keterngan keterangan lain tentang  perempuan itu dari Kanwil Transmigrasi  itu. Tanpa rasa curiga  semua informasi penting tentang istri Ramadan itupun disampaikan dengan komplit oleh seorang pegawai Tata Usaha di Kanwil Transmigrasi itu kepada seorang perempuan yang mengaku tante dari Ramadan yang  bertanya melalui telepon.  Setelah memperoleh kepatian bahwa Ramadan memang sudah menikah lagi di Padang,  si tante ini bingung, bagaimana cara menyampaikannya kepada Nurjannah. Tapi karena rasa kasihan kepada keponakannya itu aklhirnya diungkapkannya semua hal yang diketahuinya itu kepada Nurjannah. Nurjannah semula kurang yakin, namun semua informasi itu dicatat oleh Nurjannah. Nurjannah mulai percaya atas informasi tantenya itu karena kalau   dikaitkan dengan perilaku Ramadan yang tidak ingin Nurjannah mengunjunginya di Padang dengan berbagai alasan , maka informasi dari tantenya itu layak dipercaya.
Tantenya itu, yang dipanggilnya “etek”   menasihatkan  Nurjannah agar datang ke Sumatra Barat , tepatnya ke Padang untuk melihat bagaimana sebenarnya keadaan suaminya itu.  Nurjannah tidak mengikuti saran si tante, dia berpikir kalau hal itu benar, bagamana jadinya dirinya ? Tentu dia akan balik kembali ke Jakarta dengan hati hancur dan mental breakdown. Biarlah kalau memang  dia sudah kawin lagi, itu  sudah terjadi dan nasi sudah menjadi bubur, apa yang harus diperbuat ?. Tunggu sajalah bagaimana nanti, kalau dia datang baru masalah ini diselesaikan. Begitu jalan pikiran Nurjannah yang pasrah saja atas kejadian itu dan dia hanya berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan menghadapi cobaan tersebut. Dia putuskan untuk menelepon suaminya dan bertanya tentang informasi yang diperolehnya mengenai kelakuan suaminya itu,  bahwa dia sudah menikah lagi. Karena terdesak dan Nurjannah bertanya itu dengan memberikan data tentang nama, alamat, tanggal menikah serta tempat kerja istrinya maka Ramadan tidak bisa mengelak lagi, dia  mangaku khilaf dan minta maaf pada Nurjannah. Nurjannnah diam dan tidak menjawab permintaan maaf dari suaminya tersebut. . Sejak itu dia tidak lagi pernah menghubungi suaminya, tapi Nurjannah juga tidak mengambil langkah apapun mengenai hubungan suami istri antara dia dengan suaminya.
                                                                             
Setelah selesai proyek di Sumatra Barat itu , Ramadan pun balik kembali ke Jakarta. Balik kemana ? Tentu saja ke rumah istrinya Nurjannah. Nurjannah tidak mengacuhkannya. Tidak memperdulikannya dan tidak memperkenankannya masuk ke kamarnya. Dia boleh menginap karena di rumah itu ada anak anaknya. Semua kamar dirumah itu sudah ada yang menempati, termasuk pembantu mereka,  sehingga Ramadan terpaksa tidur di Sofa . Anak anaknya semula nampak ikut membencinya, namun akhirnya anak anak itu kasihan juga pada bapaknya yang seperti orang luntang lantung di rumah itu . Ada  lima harI situasi demikian berlangsung. Nurjannah setelah bangun tidur, mandi , berpakaian, kemudian sarapan kadang sendiri dan kadang bersama anak anaknya tanpa menggubris keberadaan Ramadan di rumah itu. Sebelum berangkat, kamarnya di koncinya dan diapun berangkat ke kantornya tanpa melihat kepada suaminya yang kadang pagi pagi sudah duduk di  sofa ruang tamunya. Dia sama sekali tidak menyapa suaminya itu. Ramadan tidak punya tempat lain untuk pergi. Dia tidak punya uang dan tidak ada jalan lain baginya selain menahan derita atas perlakuan terhadapnya dirumah itu. Syukurlah pada suatu hari terjadi perubahan.   Pada hari ke enam sejak  Ramadan di rumah itu, Nurjannah  dengan emosi dan isak tangis yang tidak dibuat buat  melampiaskan kemarahannya kepada suaminya itu. Suaminya tidak membantah dan tidak punya jalan lain kecuali minta maaf dan mengaku khilaf dan tentu saja berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Adapun istrinya di Padang diakui oleh Ramadan sudah diceraikannya. Dia ber sumpah pada Nurjannah di depan anak anaknya tidak akan lagi mengulangi perbuatannya. Akhirnya hati Nurjannah luluh juga dan si suami yang mengaku khilaf itu dimaafkannya dan rumah tangga mereka damai lagi dan Ramadan boleh masuk ke kamar Nurjannah lagi.
         
Setahun setelah kejadian itu, Ramadan mendapat proyek di Bandung. Proyek pemerintah dimana yang menjadi pemilik proyeknya adalah Departemen Pekerjaan Umum di Bandung. Kembali si Don Yuan ini dalam urusan proyek ini sering bertemu dengan seorang sekretaris di Departemen itu. Awalnya tentu saja dalam urusan proyek . Bertemu sekretaris itu hanya untuk minta waktu agar bisa menemui Kepala Kantor PU sebagai pemilik proyek itu. Namun sang sekretaris yang  masih sangat muda itu dan amat cantik serta lembut pula tutur bahasanya membuat  Ramadan pun lupa akan sunpahnya kepada istrinya Naluri Don Yuan nya  langsung bereaksi dan si tampan yang pandai bergaul inipun dengan mudah berhasil memikat sang sekretaris itu. Ranisa demikian dia dipanggil, akhirnya dinikahi oleh Ramadan .

Setelah proyek di Bandung selesai, maka Ranisa pun diajak pindah ke Jakarta oleh Ramadan. Hubungan Ramadan  yang baik dengan pejabat PU di Bandung itu akhirnya persetujuan atas permohonan Ranisa untuk pindak ke kantor PU di Jakarta  dan Ranisa pun dibelikan Rumah di daerah Kebayoran lama oleh Ramadan. Sejak itu Ramadan memelihara dua istri, tetapi hanya satu istri yaitu Ranisa yang diberinya uang belanja secara rutin karena dia tahu gaji Ranisa sebagai pegawai negeri tidak seberapa dibadningkan dengan penghasilan istrinya yang menjadi Manager di Bank Asing itu.
            
Nurjannah pun akhirnya mengetahui bahwa kelakuan suaminya itu belum berubah. Cukup lama juga baru Nurjannah sadar bahwa suaminya itu sudah kawin lagi. Selama ini kalau Ramadan  akan menginap di rumah Ranisa dia selalu berdalih pergi ke Bandung mengurus tender untuk mendapatkan proyek. Tapi lama lama intuisi Nurjannah ternyata jalan juga.
Suatu saat Nurjanah  meminta bantuan seorang tenaga security dari kantornya yang dipercayainya  untuk mengikuti perjalanan Ramadan, apakah benar dia pergi ke Bndung. Pada suatu hari ketika suaminya akan ke Bandung, security itu pun di kontak Nurjannah dan disuruhnya stand bye di suatu warung dekat rumahnya dan mengikuti perjalanan Ramadan. Ternyata Ramadan tidak pergi ke Bandung , melainkan ke Kebayoran Lama dan masuk ke sebuah  rumah dan sampai malam tidak keluar keluar lagi dan nampaknya Ramadan  menginap disana. Security itupun segera menelepon Nurjanah melaporkan hal hal yang disaksikannya dalam mengikuti Ramadan dari siang sampai malam. Setelah mendapat laporan itu Nurjannah pagi pagi berangkat menuju rumah dimaksud  bersama petugas security bank itu. Sesampai di rumah itu Nurjannah melihst mobil suaminya diparkir disamping rumah itu. Jantung Nurjannah berdebar melihat mobil suaminya ada disana. Nujannah geram namun dia menenangkan dirinya agar tidak emosi ketika berbicara kepada suaminya itu. Kemudisn  tanpa kulonuwun langsung masuk ke rumah Ranisa yang kebetulan pintunya sedang terbuka, dan  memergoki Ramadan yang sedang bercengkrama sambil ngopi pagi bersama Istrinya Ranisa.  Nurjannah  langsung duduk di kursi kosong dihadapan keduanya tanpa basa basi.  Nurjannah memperlihatkan kedewasaannya. Nurjannah sama sekali tidak nampak emosi dan langsung berbicara kepada Ramadan dengan lantang :
 “Ooh ini istri kamu”.
Sambil melihat kepada Ranisa, Nurjannah lanjut bertanya : “ Siapa nama kamu  dik “
Nurjannah menatap tajam pada Ranisa , membuat Ranisa salah tingkah dan dengan gelagapan menjawab “Ranisa mbak”
Lalu Nurjannah , memandang kepada Ramadan yang Nampak pucat dan salah tingkah.
“Apa penjelasan kamu  ?” , bertanya Nurjannah dengan suara keras kepada Ramadan. Ramadan juga nampak  gelagapan. Nurjannah kembali bertanya : “Apa penjelasan kamu ?“. Lama baru dia menjawab dengan terbata bata. .
“ Iya…… saya minta maaf. Kami…kami sudah menikah”.
“Saya memang hanya ingin mendengar pengakuan langsung dari mulut kamu. Sudah ya. Kamu jangan bersandiwara lagi. Jangan balik lagi kerumah saya ya, Cukuplah sampai disini hubungan kita. “
Kemudian Nurjannah pun melihat kepada Ranisa.  “Ranisa , jagalah suamuimu ini baik baik. Jangan sampai kamu nanti kecewa kalau dia menikah lagi dengan perempuan lain yang mungkin lebih cantik dari kamu. “

Tanpa menunggu jawaban dari kedua insan yang masih terpana atas kedatangan Nurjannah,  yang sama sekali tidak mereka sangka  , Nurjannah pun keluar dari rumah itu dan naik  kemobilnya.  Di dalam mobil , dia hanya terisak sebentar. Kemudian menghapus air matanya. Dia perintahkan Security  yang menemaninya itu untuk menjalankan mobilnya , pulang kerumahnya. Di perjalanan Nurjannah berpesan kepada security bank dari kantornya itu, supaya menjaga rahasia ini. “Jangan sampai kamu ngomong masalah pribadi saya kepada siapapun di kantor Ya.” “ Iya Bu” Jawab si petugas security  yang bernama Safii itu. Diapun memperoleh amplop berisi uang Rp.300.000,-dari Nurjannah, senilai setengah bulan  gaji security i

Sesampai di rumahnya, Nurjannah dengan  tenang  menjelaskan kepada anak anaknya bahwa bapak mereka ternyata sudah menikah lagi. Dengan tersenyum pahit Nurjannah mengemukakan kepada anak anaknya bahwa mereka sekarang sudah punya  ibu baru yang cantik dan masih muda.
Anak anaknya tidak habis pikir atas kelakuan bapaknya itu. Apa sih yang kurang dari si mama, apa mama mereka masih  kurang cantik ?.  

Besoknya Nurjannah berkunjung ke  rumah orang tuanya, dan kepada ibu dan bapaknya diungkapkannya kelakuan suaminya yang kawin lagi itu dan dikemukakan pula  oleh Nurjannah bahwa dia akan segera menggugugat cerai suaminya. Bapak Nurjannah nampak geram dan dengan suara agak emosi langsung menyetujui niat anaknya itu dan berpesan. “Kalau ada kesulitan nanti kamu hubungi papa”. Si Papa yang kolonel Polisi Purnawirawan  yang baru pensiun itu  masih punya banyak relasi yang bisa di minta bantuannya dalam berbagai masalah.
Ternyata si papa tidak perlu turun tangan. Hanya berselang 2,5 bulan sejak gugatan diajukan, dan dengan 3 kali sidang yang juga dihadiri oleh Ramadan, gugatan cerai Nurjannah terhadap Ramadan pun dikabulkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan.  Keluraga Nurjannah cukup puas atas keputusan Pengadilan agama itu. 
Dalam persidangan Ramadan mengemukakan bahwa dia tidak ingin bercerai dengan Nurjannah. Dia mengaku sanggup untuk meceraikan istri mudanya itu dan akan kembali kepada Nurjannah. Dia ingin ikut membesarkan anak anak nya yang sangat disayanginya itu  bersama Nurjannah.  Namun Nurjannah bergeming dari permintaannya dan Hakim akhirnya menyetujui gugatan cerai Nurjannah. Ramadan tidak berkutik lagi dan terpaksa menerima keputusan pengadilan agama yang mngabulkan gugatan  cerai Nurjannah terhadap Ramadan sang suami yang dulu amat dicintainya itu.

MENAMBUR CINTA PERTAMA





MENAMBUR CINTA PERTAMA


sp;     
 Nama Nurjannah itu bukan sembarang nama. Nur itu berarti Cahaya, sedang Jannah itu artinya Surga. Nurjannah  tiada lain berarti Cahaya Surga atau Cahaya dari Surga. Demikian bapaknya seorang  Polisi berpangkat Letnan Polisi di Bukittinggi memberi nama kepada putri pertamanya yang lahir di bulan Agustus  tahun 1945,  tidak lama setelah Kemerdekaan RI. Saat terjadi pergolakan  PRRI di Sumatra Barat pada tahun 1957  letnan Polisi itu  tidak ikut mendukung PRRI dan tidak lama setelah peristiwa PRRI itu , sang bapak sudah dinaikkan pangkatnya menjadi kapten dan tidak lama kemudiam papa Nurjannah pun di mutasikan ke Jakarta. Nurjannah pun sejak kelas dua  SMP  sudah bersekolah di Jakarta dan tinggal di daerah Bungur  bersama papa, mama serta dua orang  adiknya yang dua duanya  perempuan..

Setamat SMA Nurjanah sekolah di Bandung. Dia kuliah pada suatu akademi bank. Kenapa bukan di Jakarta ?. Nurjannah merasa kalau kuliah di Jakarta , dia akan selalu dimanjakan orang tuanya sehingga akan merasa seperti anak yang tidak mampu berdiri sendiri. Nurjannah ingin berdiri sendiri dan ingin cepat bekerja agar memperoleh penghasilan sendiri. “Belajar hidup” katanya. Itulah alasannya untuk bersekolah jauh dari orang tuanya agar ada kesempatan mandiri setidaknya  tidak selalu harus di awasi dan di khawatirkan, dan dia meyakinkan ibunya bahwa dia bisa menjaga dirinya.
Sebagai anak perwira polisi Nurjanah dan adik adiknya tentu saja punya rasa percaya diri karena tidak semua orang berani macam macam dengan anak perwira polisi yang ketika itu sudah berpangkat Ajun Komisaris Polisi , setara dengan Mayor dalam kepangkatan di angkatan bersenjata lainnya. 
Nurjannah dibelikan papanya  sebuah skuter Vespa sebagai sarana baginya untuk pergi dan pulang sehabis kuliah. Tidak perlu naik bis atau oplet pergi kuliah.  Dizaman itu tidak banyak mahasiswa yang punya skuter. Di Akademi bank tempat kuliah Nurjannah itu  hanya Nurjannah  yang punya dan tentu saja banyak mata mahasiswa yang melirik gadis cantik yang punya skuter itu.. Masa mahasiswanya Nujanah itu amat menarik, dia dapat dikatakan menjadi bintang di Akademi itu. Bapaknya yang berpangkat Mayor Polisi itu ikut mengatur keperluan pendidikan anaknya. Nurjananahpun di kost kan di tempat kenalan bapaknya sehingga bapaknya pun merasa anaknya aman tinggal di tempat kenalannya itu.

Di Bandung,  sejak dulu ada perkumpulan orang Minang.  Suatu saat ada acara halal bihalal dua puluh hari setelah idul fitri. Keluarga ibu kost Nurjanah mengajak Nurjannah  ikut  dalam acara silaturahmi Halal Bihalal itu. Keikut sertaan Nurjanah dalam halal bihalal itu membawanya berkenalan dengan Ramadan yang ketika itu sudah duduk di Semester tiga  Istitut Tehnologi Bandung, Di acara silaturahmi Idul Fitri itulah Ramadan terpesona pada kecantikan Nurjannah dan tentu saja kesempatan tidak di sia sia kan oleh Ramadan yang memang tampan dan pandai bergaul itu. Dia pun mendekati Nurjanah dan memperkenalkan dirinya . Laki laki ganteng dan gadis cantik itu cepat sekali saling tertarik dan  mereka akrab kendati baru saja saling kenal. Tapi di zaman itu tata krama dan sopan santun sangat terpelihara di keluarga orang Minang tempat Nurjanah dititipkan bapaknya. Tidak bebas keluar kalau tidak jelas tujuannya.  Ramadan tidak mungkin bertamu tanpa dibatasi. Saling ketertarikan antara Nurjanah dengan Ramadan berlansung terus dan memang berujung cinta , tapi tetap dibatasi sebagai pergaulan sesama remaja Minang yang mengikuti adab dan kebiasan orang Minangkabau yang walau berada di rantau namun tetap ada adab yang harus dipatuhi.

Pada September tahun 1965, terjadi peristiwa G30S. Yaitu pembunuhan jenderal Jenderal Angkatan Darat oleh Pasukan Pengawal Presiden “Cakrabirawa” yang berlatar belakang Coup oleh PKI untuk berkuasa  yang akhirnya berhasil digagalkan . Saat itu terjadi demo besar besaran oleh Mahasiswa yang dipelopori oleh Mahasiswa UI. Demo itu bukan hanya terjadi di Jakarta melainkan menyebar sampai ke kampus kampus perguruan tinggi lainnya di daerah termasuk Bandung. Semua perkuliahan di perguruan terhenti dan mahasiswa turun ke jalan. Mahasiswa dari Bandung pun ikut turun dan demo di Jakarta bergabung dengan mahasiwa UI dan seluruh Universitas dan perguruan tinggi di Jakarta.

Ramadan dan Nurjannah pun pulang ke Jakarta dan ikut demo bersama mahasiswa lainnya. Mahasiswa itu menyampaikan tuntutan mereka yang terkenal sebagai Tritura (Tiga tuntutan rakyat)
Dalam demo itu Nurjannah dan Ramadan selalu bersama dan cinta mereka semakin menyatu. Ramadan selalu melindungi kekasih hatinya itu, memegangi tangannya dalam kerumunan massa seolah takut kekasihnya itu terseret kerumunan atau hilang. Nurjannah termasuk orang yang peduli terhadap ketidak adilan atau atas sesuatu yang dianggapnya tidak benar. Dalam demo tahun 1965  / 1966 itu Nurjannah lah yang lebih keras mengajak Ramadan berdemo. Ramadan ikut , namun lebih banyak dengan tujuan agar bisa bersama dengan Nurjannah. Hanya di demo itulah kesempatan bagi  Ramadan untuk berpegangan tangan dengan Nurjannah, bahkan kesempatan memeluknya dari belakang  dalam kerumunan, agar dia tidak terseret kerumunan atau terdorong oleh massa yang sering dorong mendorong. Nurjannah pun menikmati suasana demo itu karena didampingi Ramadan yang sering mengambil kesempatan untuk berpegangan tangan dan bahkan memeluknya dalam situasi tertentu. Nurjannah pun membiarkannya dengan senang hati, karena dia merasa senang Ramadan berbuat begitu kepadanya,
Setelah  jenazah Tujuh Pahlawan Revolisi yang dibantai Cakrabirawa  di lubang Buaya ditemukan, Angkatan Darat seperti unjuk kekuartan (show of force) dengan tank tank nya berparade di jalan jalan di ibukota dan bahkan meliwati jalan jalan dimana  mahasiswa itu berkumpul.  Sebagian mahasiswa itu pun naik ke tank tank itu berkeliling kota sebagai unjuk kekuatan dan sebagai support terhadap ABRI yang sudah berhasil menguasai keadaan.
Nurjannah pun ikut naik ke tank itu dan tentu saja “pengawalnya” , sang kekasih ikut pula naik bersamanya. Itulah moment moment yang tidak terlupakan bagi kedua insan yang saling jatuh cinta itu. Berpacaran sambil demo dan naik tank pula berkeliling kota dengan sambutan masyarakat dari pinggir pinggir jalan yang menyokong perjuangan mahasiswa melawan PKI yang menjadi otak pembunuhan jenderal jenderal Angkatan Darat itu. . Suatu pengalaman indah yang jarang didapat oleh pasangan yang sedang berpacaran memadu kasih di saat saat itu. 

Setelah tiga setengah tahun kuliah  akhirnya Nurjanah berhasil menyelesaikan  studinya  di Akademi Bank  tersebut  lebih dahulu dari Ranmadan yang kemudian berhasil  menjadi Insinyur dua tahun setelah Nurjannah.
Nurjannah hanya berminat mencari pekerjaan di bidang perbankan.   Hampir setiap hari dia mmelototi iklan lowongan kerja, terutama lowongan kerja di bank.  Sehingga saat ada lowongan pada suatu bank diapun buru buru mengajukan lamaran,
Nurjanah pun dipanggil dan di test pada suatu bank swasta dan ternyata dia diterima bekerja di bank  itu. Pengetahuan perbankannya dianggap memadai dan dia diterima sebagai klerk di bank itu.
Pertama masuk Nurjannah ditugaskan di administrasi kredit. Nurjannah ternyata cepat menguasai pekerjaannya  dan dengan berjalannya waktu bank pun berkembang sehingga membutuhkan tambahan pegawai. Setelah beberapa pegawai baru diterima, Nurjannahpun di promosikan menjadi pegawai staff dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan lima orang bawahannya.

Sementara itu Ramadan yang juga berhasil memperoleh gelar insinyurnya  kembali ke Jakarta ke rumah orang tuanya. Dia mengambil jurusan Teknik Sipil. Ramadan sementara bergabung dengan seorang seniornya  dan bekerja sebagai salah satu tenaga teknik perencanaan . Bersyukur juga dia bekerja di perusahaan seniornya itu, dia menjadi paham lika liku perusahaan kontraktor. Setelah lebih kurang dua tahun dia menjadi pegawai, Ramadan akhirnya mencoba merekrut beberapa orang kenalannya dan membuat perusahaan kontraktor sendiri.   . Beberapa kali dia mengambil pekerjaan sebagai Sub Kontraktor yang diperolehnya semata mata karena kepercayaan temannya yang punya posisi di suatu perusahaan kontraktor besar. Namun bekerja sebagai sub kontraktor tentu saja keuntungannya lebih kecil karena kalkulasi biayanya tidak sebesar yang diajukan kontraktor utamanya.

Hubungan Ramadan dengan Nurjannah tetap terjalin walau mereka sama sama tenggelam dalam kesibukan di tempat kerja masing masing.
Ramadan , setelah dirasanya dia mampu secara finansial, barulah dia  berunding dengan Nurjanah tentang kelanjutan hubungan mereka.  Sekarang mereka merasa matang dan sudah waktunya untuk berumah tangga.
         
Pada suatu hari  Minggu, Ramadanpun datang bertamu ke rumah Nurjannah.. Tapi kali ini Ramadan ingin berbicara dengan bapak dan ibu Nurjannah. Dia ingin menyampaikan niatnya untuk mempersunting Nurjannah yang sudah beberapa tahun dikenalnya , bahkan sudah saling mencintai satu sama lain.
Berhadapan dengan bapak dan ibu Nurjannah, Ramadan tampak sedikit grogy . Apalagi yang dihadapinya itu adalah seorang Komisaris  Polisi yang jelas tampak berwibawa.  Di dinding ruang tamu itu terpampang foto pak Polisi tersebut dengan pakaian kebesarannya, dengan dua bintang besar di pundaknya. Zaman itu pangkat Komisaris Polisi itu menggunakan Bintang, dan sekarang tanda pangkat itu sudah dirubah menjadi dua bunga melati setara dengan Letnan Kolonel kalau di angkatan lain.
Bapak Nurjannah cepat menangkap maksud Ramadan. Pada prinsipnya orang tua Nurjannah setuju untuk menikahkan anaknya dengan Ramadan, namun bapak Nurjannah minta supaya orang tua Ramadan segera datang  melamar Nurjannah secara resmi.

Acara lamaran dan begitu juga pernikahan antara Jurjannah dengan Ramadan pun terselenggara dengan baik. Dihadiri banyak tamu dan undangan. Dan setelah menikah Nurjannah dan Ramadan pun pindah ke rumah sendiri walaupun rumah itu berstatus sebagai rumah kontrakkan. Mereka patungan membiayai sewa kontrak rumah mereka.
Setelah tiga  tahun menjadi istri Ramadan, Nurjannah pun melahirkan dua orang putri bagi mereka. Anak mereka yang pertama lahir di bulan Agustus dan diberi nama Nurma Ramadhani Putri   dan sehari hari mereka panggil Nurma. Nurjannah punya  makna sendiri terhadap nama anaknya Nurma itu. Dia mengartikan Nurma itu sebagai Cahaya jiwa nya alias Cahaya atau Nur dari  Mama dan disingkatnya sebagai Nurma. Lima belas bulan setelah kelahiran Nurma, Nurjannah kembali melahirkan anaknya yang kedua. Pada kehamilan anaknya yang kedua ini, Nurjannah mungkin agak tinggi kesibukannya sehingga nampak kalau dia kurang istirahat. Itulah barangkali yang menjadi penyebab anaknya yang kedua ini lahir premature. Anak yang kedua ini lahir saat kandungan Nurjannah belum  berusia  7 bulan, Walau si bayi dapat diselamatkan setelah dirawat melalui incubator cukup lama, namun nampak kalau anak nya ini agak rentan terhadap penyakit dan karena itu sampai berumur tiga tahun dia masih di jaga dan dirawat ekstra hati hati. Anaknya yang kedua ini diberinya nama Lamelda Ramadhani  yang sehari harinya dipanggil Melda. Nurjannah   memberikan nama bagi anaknya itu tapi dia tidak memberi tahu siapapun bahwa Lamelda itu sebenarnya adalah singkatan dari “ Lahir Melalui Derita“. Karena baik Ibu maupun anak sangat menderita saat kelahiran si bayi, mujur keduanya terselamatkan. Kemungkinan bayi itu selamat  berdasarkan pemgalaman dokter  ahli kandungan hanya berkisar 50 % , jadi situasi saat itu memang kriits baik bagi Nurjannah maupun bayinya.  Setelah kelahiran anaknya yang kedua itu Nurjannah bertekat tidak akan hamil lagi, cukuplah dua anak bagi mereka, dan itu sudah sesuai dengan anjuran pemerintah (Orde Baru) saat itu bahwa “Dua anak cukup” sebagai slogan dalam program keluarga berencana Pemerintah.
Sejak Sekolah Dasar sampai SMP, anak anak Nurjannah  selalu memperoleh rangking di kelasnya. Walau punya anak Nurjannah masih bisa membagi waktunya dan tetap bekerja di Bank Swasta  tempatnya memulai karir sebagai pegawai bank. Rumah tangga mereka tampak damai , bahagia dan sejahtera.

Suatu saat , bank tempat Nurjannah berkarir itu ternyata semakin baik posisi dan perkembangannya. Ketika itu ada semacam pembatasan oleh Bank Indonesia dalam pendirian  bank baru. Mungkin karena pendirian bank baru dianggap terlalu lama dan prosedurnya berliku dengan persyaratan yang jelimet , beberapa investor mengambil jalan pintas dengan cara membeli bank kecil yang sudah ada . Ternyata ada investor  yang tertarik dengan perkembangan bank tempat Nurjannah bekerja ini dan setelah melalui proses panjang, penilaian dan evaluasi atas bank itu akhirnya dilakukan negosiasi dan  pemilik lama bank itu bersedia menjualnya. Dan itu berarti sebagian besar pegawai dan staff di bank itu harus diganti dengan tenaga tenaga yang kualifikasinya  sesuai dengan standar kualifikasi yang diinginkan manajemen baru. Semua pegawai diwawancarai satu persatu termasuk Nurjannah, dan ternyata hasilnya hampir tujuh puluh  persen pegawainya dilepas dengan uang pesangon alias diberhentikan dari bank itu. Bank itupun berganti nama, berganti manajemen dan menjadi Bank Campuran yang sebagian besar sahamnya dikuasai asing. Nurjannah pun termasuk dalam tujuh puluh  persen pegawai yang dilepas itu. Nurjannah sebenarnya  termasuk pegawai staff yang memenuhi standar kualifikasi yang ditetapkan. Tapi bank yang dikuasai asing itu menginginkan semua pegawai Staffnya  bisa di mutasikan ke cabang cabang nya di manapun termasuk di luar Indonesia. Ketika diwawancarai dan ditanya , apakah Nurjannah bersedia jika suatu waktu dimutasikan ke luar Indonesia ?. Jawaban yang keluar dari mulut Nurjannah adalah, “ saya tidak bersedia”. Akhirnya Nurjannah masuk dalam kelompok tujuh puluh persen pegawai yang dilepas.  Nujannahpun pun menganggur. Masih untung Nurjannah dapat pesangon yang jumlahnya cukup untuk membeli sebidang tanah  seluas 250 meter persegi di daerah Tebet, Jakarta.  Walau masih mengontrak rumah, namun Nurjannah sudah memiliki sebidang tanah yang nanti jika ada rezeki lagi Nurjannah berniat akan membangun rumah bagi keluarganya di tanah yang dibelinya itu.

Sementara itu Ramadan masih ada  pekerjaan.  Dia masih punya penghasilan sehingga walau Nurjannah  sudah tidak terima gaji, masih ada suaminya yang menjadi andalan dalam kehidupan sehari hari. Selama ini saat bekerja di bank, Nurjannah lah yang lebih banyak membiayai keluarga, termasuk suaminya jika si suami tidak ada proyek alias menganggur.
Pada saat Ramadan juga tidak ada proyek , itulah saat saat kritis bagi mereka. Tidak ada pemasukan. Dalam situasi tersebut Nurjannah harus mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Pernah dia berjualan kue kue basah (di Jakarta disebut jajanan pasar) yang dibuatnya sendiri dan kemudian dititipkannya  ke beberapa  warung kopi. Dengan itulah Nurjannah bertahan hidupNamun hal itu tidak berlangsung lama. Nurjannah tetap mengikuti dan membaca iklan lowongan pekerjaan untuk menjadi pegawai bank. Saat Bank Asing mulai banyak masuk, ternyata Nurjannah berkesempatan dipanggil dan di test di suatu bank asing itu dan  dia dinyatakan  lulus dan , mulai saat itu Nurjannah kembali menekuni profesinya sebagai pegawai  staf di salah satu Bank Asing itu.
Tidak lama kemudian Nurjannah yang dinilai cakap dan mampu  oleh atasannya , dianggap layak memegang posisi dan jabatan yang lebih tinggi.  Kemampuan Bahasa Inggris Nurjannah yang diatas rata rata ternyata amat berguna dan dapat dimanfaatkan Nurjannah untuk menunjukkan potensinya . Sementara itu suaminya Ramadan, sebagai kontraktor tetap saja senen kemis, kadang ada proyek dan kadang tidak ada sama sekali, Namun  dia cukup tahu diri, jika menganggur maka tugasnyalah untuk menjaga dan membantu pelajaran anak anaknya sehingga kedua anak anaknya itu menjadi hebat disekolahnya masing masing. Nurjannah semakin baik karirnya di Bank Asing itu, sehingga dia merasa mampu jika ada kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi lagi. Ada semacam keinginan untuk selalu mencoba yang baru pada diri Nurjannah.  Termasuk dalam bidang pekerjaan.
Suatu ketika Nurjannah yang sudah mempunyai posisi sebagai assistant Manager di Bank tempatnya bekerja, ditelepon oleh seseorang. Orang itu mengaku sebagai Manager pada suatu perusahaan Rekrutmen yang sedang mencari orang yang tepat untuk ditempatkan sebagai manager pada suatu Bank Asing yang akan buka kantor  di Jakarta. Nurjannah terkesiap, sadar kalau dia mulai dikenal dan dilirik. Terbukti ada “head hunter” (istilah untuk pembajak tenaga ahli) yang menghubunginya. Nurjannah  tidak menyia nyiakan kesempatan itu dan menyetujui untuk temu wawancara dengan si penelepon.  Nurjannah memang punya jiwa “petualang” , berani mencoba yang baru dan selalu ingin mendapat pengalaman baru yang berbeda.


Mereka bertemu di suatu café di Kuningan. Setelah perkenalan dan basa basi , si Head Hunter itu mengajukan berbagai pertanyaan kepada Nurjannah yang dicatatnya dalam Note Book nya. Pertanyaan itu begitu mendetail meliputi keluarga, pendididkan , pekerjaan yang dia kerjakan sehari hari di bank saat itu.Begitu juga tentang gaji  dan emolument yang diterimanya dari bank tempat dia bekerja sekarang, semuanya diungakpan Nurjannah apa adanya.  Setelah mendapatkan gambaran bulat tentang potensi dan kemampuan Nurjanah , si pewawancara yang warganegra Singapura itu kemudian menjelaskan bahwa  bank yang mebutuhkan tenaganya itu adakah suatu bank Asing dari Perancis  yang akan beroperasi di Indonesia dengan kantor Cabang Utamanya di Jakarta. Dia menjelaskan bahwa mereka sudah mempunyai standar gaji dan fasilitas bagi pegawainya termasuk emolumen kesehatan, ketentuan tentang cuti atau liburan , kesempatan pendidikan ,jenjang karir dan program Housing Loan. Tapi Bank itu baru akan memulai operasinya sekitar 4 bulan dari saat wawancara itu.
Nurjannah akan memperoleh gaji sekirtar 40 % lebih tinggi dari gajinya di bank tempat dia sekarang bekerja. Hati Nurjannah berbunga bunga , dan pewawancara itu meyakinkan Nurjannah bahwa Nurjannah 90 % sudah diterima. Namun perlu melengkapi berbagai dokumen yang diperlukan sebelum nanti keputusan akhir tentang penerimaan Nurjannah resmi ditegaskan per surat kepadanya.
       
Setelah mendapat penegasan dari bank asing dari Perancis  itu, Nurjannahpun mengajukan penguduran diri kepada Pimpinan Bank dimana dia sedang bekerja. Pimpinan bank itu berusaha menahan Nurjannah dengan menawarkan tambahan gaji baginya, namun Nurjannah sudah bertekad ingin pindah dan mencoba tantangan baru di tempat baru dengan situasi berbeda namun dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang semakin kaya.  
Sekitar empat bulan setelah wawancaranya dengan “head hunter” dari Singapura itu, akhirnya Nurjannah resmi ditetapkan sebagai Manajer di Bank Asing dari Perancis  itu.
         
Dalam kehidupan insan ,  tidak semuanya dapat diraih sekaligus sesuai yang diinginkan.  . Nurjannah berkembang dalam karirnya sebagai manager bank, namun kesibukannya menyebabkan keluarganya agak terabaikan. Suami dan anak anaknya seperti tidak memperoleh perhatian dan waktu yang cukup dari Nurjannah. Suami tentu saja tidak puas dengan uang saku yang diberikan nurjannah kepadanya saat saat dia menganggur. Suaminya Ramaddan pun terus berusaha untuk medapatkan proyek untuk digarapnya. Akhirnya Ramadan memperoleh Proyek Pemukiman Transmigrasi di Sitiung Sumatra Barat.  Dan itulah “pangkal bala” terjadinya pengkhianatan suaminya terhadap Nurjannah . Kesalahan Ramadan yang pertama itu dimaafkan oleh Nurjannah , namun dasar Ramadan itu hidung belang , kelakuannya berulang kembali. Ramadan menikah lagi dengan Ranisa seorang sekretaris di kantor PU Bandung yang usianya hanya terpaut 5 tahun dari anak sulungnya Nurma.

Kali ini tiada ampun dan dia digugat cerai oleh Nurjannah dan gugatan Nurjannah  dikabulkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Bubarlah rumah tangga Ramadan dengan Nurjannah.                                 

MENABUR CINTA KE DUA


MENABUR CINTA KE DUA




Kira kira setahun  sejak Nurjannah cerai dari Ramadan, dia berkenal;an dengan seorang perempuan yang menjadi nasabahnya . Perempuan itu adalah wanita Manado yang kemudian dikenalnya sebagai ibu Yola  Supit. Ibu Supit dengan suaminya bernama Daniel, masing masing punya deposito di bank dimana Nurjannah bekerja. Daniel itu lelaki tampan berkulit agak gelap namun tampak jantan dan sedikit kekar karena dia bekas petinju amatir. Daniel yang macho itu hanya sebentar mengeluti olah raga tinju . Saat menjadi mahasiswa dia berhenti menjadi petinju dan memilih melanjutkan kuliahnya di fakultas teknik Universitas Tri Sakti di Grogol Jakarta. Dia seorang ahli lstrik bergelar insinyur, Istrinya yang dipanggil Ibu Supit itu lumayan cantik dan ramah. Nurjannah dan ibu Supit itu sering ngobrol, dan hubungan mereka tidak hanya  terbatas sebagai pejabat bank dengan nasabahnya, melainkan berkembang sebagai hubungan pertemanan sesama perempuan.
             
Suatu hari ibu Supit datang ke bank mencairkan depositonya dan setelah urusan pencairan deposito itu selesai, ibu supit itupun bertamu ke Nurjannah yang kebetulan sedang istirahat sehabis makan siang di kamar kerjanya. Kedatangan ibu supit , kawannya itu tentu menyenangkan hatinya. Mereka ngobrol ngalor ngidul dan pada suatu moment ibu Supit kemudian becerita kepada Nurjannah tentang statusnya yang baru berubah dari Nyonya Daniel dan sekarang sudah menjadi seorang janda,
“ Bu Nur, sekarang kita senasib lho.”
“Senasib bagaimana maksud Bu Supit ? “
“Sekarang kita sama sama janda lho bu”’ Nurjannah kaget: 
“ Kok begitu ? Kenapa Bu”.
“Suami saya itu jahat lho Bu, nampaknya aja suka tersenyum manis dan baik, Tapi dia orangnya temperamental. Kalau lagi marah suka main tangan, Saya gak tahan Bu, akhirnya saya gugat cerai dan sekarang kami sudah pisah. Kami pisah baik baik. Saya ceritakan semua permasalahannya kepada pendeta saya. Kami dua duanya dinasehati. Dia juga keras dan kurang suka menerima nasihat pendeta. Lalu saya ditantang oleh dia untuk bercerai saja, Ya saya sambut dengan senang hati.”
Nurjannah terperangah mendengar cerita ibu Supit itu. Dia ingat mantan suaminya Ramadan yang tidak pernah sedikit pun menyakitinya secara fisik. Hanya batinnya tersiksa karena suaminya itu doyan kawin, bahkan biaya kawinnya tanpa disadari Nurjannah adalah dengan menggunakan uang yang dimintanya dari Nurjannah. Manakah yang lebih menyakitkan ? Bertanya Nurjannah dalam hati.
Saat Nurjannah harus bekerja kembali karena jam istirahat sudah habis, kedua janda  yang bersahabat itupun berpisah.

Dua minggu setelah itu, Daniel mantan suami Ibu Supit itupun datang ke bank, juga untuk mencairkan depositonya yang sudah jatuh tempo. Tapi Daniel tidak membawa uang pencairan itu sepeserpun, semuanya disetorkannya kembali ke rekening giro  atas nama dirinya. Dia pun minta izin kepada petugas di depan kamar kerja Nurjannnah yang adalah sekretaris Nurjannah untuk menemui Nurjannah si manager bank itu.
Sebenarnya Nujannah enggan menemui laki laki berkulit agak gelap  yang  mantan suami ibu Supit teman baiknya itu. Namun karena Daniel itu juga adalah nasabah, maka Nurjannahpun tetap membuka pintunya dan mempersilahkan Daniel mengambil tempat duduk di sofa ruang kerja Nurjannah . Daniel itu orangnya modist, nampak parlente dan selalu rapi pakaiannya bak artis pemain film. Rambutnya sedikit ikal dan kalau tersenyum sering sambil memperlihatkan barisan giginya yang putih rapi dan teratur. Yang istimewa dari laki laki Ambon ini adalah senyumnya. Kalau dia sudah tersenyum pada perempuan muda, pastilah perempuan itu terpesona pada senyumnya itu. Istilah Mario Teguh, perempuan itu akan “menggelepak gelepak”  karena terpikat pada laki laki  itu. Nurjannah pun merasakan seolah ada magis pada senyum lelaki itu.
Mengobrol dengan Daniel amat menyenangkan, dia pandai bercerita, pandai membuat lelucon sehingga suasana mengobrol dengan laki laki  itu tetap segar dan tidak membosankan.

Pada kesempatan ngobrol dengan Nurjannah, Daniel pun berkisah tentang perceraianya dengan istrinya Supit.  Mereka disamping  sebagai suami istri, juga sebagai partner usaha. Daniel sering mengerjakan pekerjaan jaringan listrik untuk kompleks komlpeks perkantoran dan perumahan yang dikembangkan perusahaan Real Estate. Sering untuk pengerjaan jaringan itu, peralatan listriknya harua di talangi lebih dulu dan nanti ditagih kepada Developernya setelah proyek itu jadi. Dan tentu saja harga pembelian nya lebih rendah dari harga yang ditagih Daniel kepada pengembang. Dan untuk itu Daniel memerlukan modal.  Selama ini modal pembelian peralatan peralatan listrik seperti Travo, dengan berbagai kapasitas itu yang nilai nya ratusan juta Rupiah , dilakukan secara patungan dengan istrinya yang dipanggil Ibu Supit itu. Dengan bubarnya kongsi atau partnership dengan istrinya,  Daniel ingin menjajaki barang kali Nurjannah berminat berkongsi dengan dia menggantikan posisi Ny. Supit yang tidak lagi menjadi partnernya.

Nurjannah mengetahui kalau Ibu Supit dan si tuan Daniel ini masing masing  mempunyai deposito yang cukup besar di bank Nurjannah itu. Setidaknya hal itu memberi keyakinan pada Nurjannah bahwa proyek jaringan kelistrikan yang mereka kerjakan cukup menguntungkan bagi mereka berdua. Mereka sering membuka deposito dalam jumlah besar atas nama mereka masing masing dan itu adalah indikator keberhasilan usaha yang di jalankan Daniel.  Deposito mereka  hampir selalu dalam jumlah besar , ratusan juta Rupiah. Dan deposito itu selalu   atas nama masing masing,  Dari kenyataan itu Nurjannah mendapat gambaran bahwa pembagian keuntungannya pastilah adil dan kongsi dalam pembiayaan proyek yang dikerjakan Daniel itu tentulah menguntungkan.
Nurjannah mulai tertarik , belum kepada kegantengan laki laki yang bernama Daniel itu melainkan kepada usahanya yang memberi peluang kerja sama pembiayaan kepada Nurjannah. Namun Nurjannah tidak begitu saja dengan mudah melepas uangnya.
Daniel menawarkan kepada Nurjannah untuk jalan njalan bersamanya ke proyek proyek yang dikerjakannya. Nurjannah belum menjawab ajakan tersebut , dia masih pikir pikir.
Dalam mengobrol itu ,pada suatu saat ,  Nurjannah bertanya kepada Daniel:
“ Kenapa bung Daniel tidak mengambil kredit bank saja untuk membiayai kebutuhan kebutuhan pembelian peralatan itu ?”
Daniel pun tangkas memberikan alasannya:
“ Mengambil kredit itu kan perlu jaminan Bu Nur. Disitulah kekurangan saya. Saya tidak punya jaminan. Keuntungan keuntungan yang diperoleh harus tetap disimpan dalam bentuk kas, karena se waktu waktu ada proyek, saya langsung bisa kerja . Kalau untuk itu harus minta kredit dulu , habis waktu mengurusnya dan tanpa jaminan, Bank termasuk bank ibu ini mana mau kasi kredit ke saya ?. “
Nurjannahpun manggut manggut membenarkan jawaban Daniel.
Karena sudah cukup lama mengobrol dengan laki laki yang menyenangkan itu, Nurjannahpun mengakhiri obrolan mereka.
“Baiklah bung Daniel, lain kali kita ngobrol lagi ya”
“Jadi bagaimana Bu Nur , dengan undangan saya untuk melihat proyek proyek yang saya kerjakan itu, kapan Ibu ada waktu mengunjunginya “.
“Wah tidak mungkin dalam jam kerja bung Daniel. Karena bung kan tidak mengajukannya sebagai kredit kepada bank”
“Iya lah.Tentu ini pribadi.Kapan ibu Nur ada waktu?”
“Nantilah saya pikir pikir dulu. Kerjaan di kantor ini  sibuk Bung  Daniel. Saya hampir tidak punya waktu untuk hal hal yang bersifat pribadi”
“Kalau kerja terus tanpa mengenal waktu, nanti cepat tua lho Bu Nur. Sekali sekali Ibu perlu santailah. Ke proyek saya itu kan bisa di hari libur. Nanti saya bisa jemput ibu di rumah atau bisa diatur ibu ingin dijemput dimana…”
“Nantilah bung Daniel ….Nanti saya pertimbangkan ya. “
“Oke lah Bu Nur…, nanti kita kontak lagi ya Bu. Ibu tidak keberatan toh,  kalau kapan kapan kita juga ngobrol lagi melalui telepon ?
“ Iya … boleh”
Pembicaraan itupun berakhir dan Daniel pun  pamitan dan keluar sembari tersenyum , Senyum manis khas Nyong Ambon itu  yang bikin jantung  Nurjannah berdegup.
           
Pembicaraan itu amat berkesan bagi kedua belah pihak. Keduanya merasakan ada unsur lain yang membuat masing masing terbuai oleh lawan bicaranya. Nurjannah yang sudah satu setengan tahun menjadi janda itu sering terkesima menyaksikan mimik Daniel kalau sedang berbicara dan sesekali melepaskan senyunmnya yang menawan hati itu. Begirtupun Daniel, kalau berbicara selalu melihat mata dan bibir Nurjannah yang berlipstik merah kecoklatan yang dimata Daniel amat serasi dengan make upnya yang tipis yang  nampak amat cantik dan mempesona.
           
Saat menjelang tidur, Nurjannah seperti sulit memenjamkan matanya. Di pikirannya masih terbayang senyum si bung Daniel yang indah itu.
“Ah …. Tidak mungkin saya jatuh cinta pula pada si Ambon itu”, Nurjannah bergumam dalam hatinya. “Dia itu kristen. Saya muslimah, mana mungkin bisa dipertemukan . Jangan sampai terjadi deh…. Pasti ruwet kalau berumah tangga dengan dia . Pula ibu Supit sudah kasi tau kalau dia itu jahat, temperamental dan suka main tangan“.   Nurjannah menemukan kembali akal sehatnya. Dalam hatinya dia menegaskan : “gak mungkinlah saya akan  jatuh hati pada orang seperti itu”.
              
Orang yang saling tertarik memang sering membayang kan lawan jenisnya itu malam hari menjelang tidur. Begitupun Daniel. Nurjannah dimatanya adalah perempuan sempurna. berwibawa, dan soal kecantikan dimata Daniel dia layak ikut kontes Putri Indonesia. Begitulah kecaitikan Nurjannah dimata Daniel, jauh diatas mantan istrinya Supit.
             
Baru berkisar lima hari setelah pembicaraan Nurjannah  dengan si bung Daniel, kembali suara Nyong Ambon itu masuk ke telepon Nurjannah di kantornya. 
Setelah diangkatnya, Nurjannahpun berucap :
“Hallo….”
“Selamat pagi bu Nur.Ini Daniel. Apa kabar buNur ?“.
“Kabar baik bung. Bung Daniel bagaimana kabarnya“
“Juga baik bu Nur. Begini bu Nur. Besok kan hari Sabtu, bu Nur kan libur. Saya ingin beritahukan , di kafe teman saya di Kuningan, ada live music dengan penyanyi penyanyi yang saya kenal sejak dari kampung saya dulu di Maluku. Mereka sekarang sudah lumayan tenar . Mereka bisa membawakan berbagai lagu baik pop, jazz maupun Blues yang romantis.  Bu Nur pasti senang deh mendengarkan musik dan lagu lagu mereka. Saya ingin ajak Bu Nur menyaksikan show mereka itu . Mereka mulainya jam 7 sampai kira kira jam 10 malam dengan beberapa kali istirahat. Di café itu makanannya bermacam macam, banyak menu menu khas yang pasti ibu suka. Saya sudah pesan tempat untuk dua orang bagi kita, itu tempat VIP.Bagaimana bu Nur ?”.
Daniel berbicara merocos terus dan tidak memberi kesematan bagi Nurjannah untuk menyela.
Nurjannah seperti di fait a compli , tempat sudah dipesan. Besok libur. Yang main music teman teman sekampungnya , setidaknya pemusiknya  dikenal  oleh Daniel. Nurjannah merasa serba salah. Dia ingin menolak, tapi seperti tak kuasa, akhirnya dengan berat hati Nurjannah pun menjawab.
Saya ada acara keluarga dengan anak anak saya besok. Sebenarnya saya ingin cepat pulang. Tapi karena bung Daniel sudah pesan tempat, ya sudahlah. Saya hanya bisa sebentar saja disana.  Jadi saya gak bisa sampai malam. Paling saya hanya bisa satu jam  saja disana, setelah itu saya harus pulang  untuk istirahat, agar besok bisa beraktivitas bersama anak anak saya. Bung Daniel kok gak ngomong dulu sebelumnya ?  ”
“ Iya, maaf bu Nur. Saya tahunya juga mendadak. Takut gak kebagian tempat saya segera pesan . Saya spekulasi aja bu, siapa tau bu Nur bersedia ikut menyaksikan live nusic kawan kawan saya itu tentu Alhamdulillah, saya bersyukur . Paling sial kan bu Nur gak bersedia, dan saya tetap akan datang sendiri karena yang show itu teman teman saya bu Nur.”
Nurjannah terdiam mendengar pernyataan Daniel itu. Tampaknya dia  mengatakan sejujurnya, dan Nurjannah dapat menerima alasan itu. Dan ada ucapan “Alhamdulillah”  pula dari mulutnya,yang membuat Nurjannah menjadi berpikir, orang ini kristen atau islam ?.
“Bung Daniel. Kok bisa ngomong Alhamdulillah segala. Ngerti gak artinya ?”
“Ya ngerti dong bu Nur. Saya dulu kan Muslim. Ketika kawin dengan Supit saya harus nikah di gereja. Apa boleh buat bu Nur. Waktu itu kan sedang jatuh cinta berat, saya ikuti saja kemauan kekasih saya ber fam Supit itu.”
“Ooh begitu, jadi sekarang bung Daniel agamanya apa. “
“Sejak pisah dengan Supit saya sudah tidak ke gereja lagi. Terus terang saat ini agama saya mengambang bu Nur. Bagi saya agama itu kan pegangan agar kita selalu ingat kepada pencipta kita. Ada Tuhan yang mengatur perjalanan hidup kita, agar kita tidak tersesat dan berbuat yang menyimpang dari norma norma yang patut, Begitu kan Bu Nur”
Nurjannah terlahir sebagai seorang muslimah , sejak dari kakek , nenek  bahkan buyut dan buyut dari buyutnya. Sebagai orang Minang seharusnya Nurjannah memahami Islam itu seperti apa. Sayang kerena pindah ke Jakarta dan orang tuanya sibuk dan kurang perhatian pula terhadap pendidikan agama bagi anak anaknya, maka penguasan agama pada Nurjannah hanya pada kulitnya saja. Dia tidak bisa menanggapi  hal hal yang disampaikan Daniel kepadanya  dalam soal agama itu. Akhirnya Nurjannah mengalihkan pembicaraan kembali ke pokok  masalah, nonton live music di café di kuningan.
 “ Baiklah bung. Tapi bagaimana kesananya ?. “
“Bagaimana kalau bu Nur saya jemput sehabis kantor. Kira kira jam setenga tujuh?”
“Boleh juga begitu,tapi mobil  saya bagaimana ya?.“
“Mobil bu  Nur diantar sopir aja ke rumah  dan nanti   saya yang antar bu Nur pulang”
 Nurjannah jadi berpikir. Bagaimana nanti tanggapan anak anaknya, kok ibunya pergi ngelayap , mobilnya diantar pulang oleh supir tanpa ibunya? . Bisa bisa anak anaknya berpikir yang bukan bukan terhadap dirinya. Akhirnya Nurjannah mengambil keputusan. Dia ikut mobil Daniel dan sopirnya mengiringi dari belakang ke kafe di kuningan itu. Si sopir memarkirkan mobil dan setelah itu konci diserahkan kepadanya dan si sopir langsung pulang. Nanti Nujannah pulang sendiri setelah menonton live music di café tersebut.  Daniel pun setuju dan berjanji akan muncul di kantor Nurjannah pada jam 18.30.
        
Mendekati jam 18.30 Daniel pun mengetok pintu ruang kerja Nurjannah. Nurjannagh pun datang membuka pintu dan dia langsung berhadapan begitu dekat dengan Daniel yang sudah tersenyum lebih dahulu kepadanya.
“Berangkat sekarang ?“, tanya Nurjannah yang tampaknya sudah siap  .
“Iya. Ok “ menjawab Daniel sambil melangkah kembali keluar.
Nurjannahpun mengikuti Daniel, menaiki mobil Daniel sementara mobil Nurjannah dibawa sopirnya  dan mereka sama sama menuju sebuah café di Kuningan.  Setelah mobil di parkir, si sopir  menyerahkan konci mobil kepada Nurjannah dan diapun berjalan kaki menuju halte bus setelah menerima tip dari Nurjannah.
      
Saat mereka masuk ke Café itu, nampak para musisi  yang akan melaksanakan shownya mulai mempersiapkan diri. Daniel pun  menyambangi mereka, saling sapa , berpelukan dan ada pula yang toss sambil mngadu telapak tangan dengan kawan kawannya itu. Tampak kalau Daniel cukup akrab dengan para musisi itu.
      
Tidak terlalu lama setelah itu Daniel pun meminta Menu kepada waiter disana . Dia ingin segera memesan makanan , karena Nurjannah tidak bisa lama lama disana. Daniel membiarkan Nurjannah memilih menu  dan Daniel memesan sama dengan pesanan Nurjannah. Setelah makanan itu datang merekapun langsung menikmati hidangan itu sambil mendengarkan lagu lagu yang dibawakan oleh para penyanyi dan musisi dari Maluku itu.
       
Sudah tujuh  lagu yang dimainkan dan diantara lagu lagu itu ada yang dinyanyikan penyanyi  wanita bernama Sally yang suaranya terasa enak di dengar.  Kemudian pembawa acara kembali menjalankan tugasnya:
Tadi sudah kita dengar beberapa lagu  yang dibawakan grup nyanyi kesayangan kita. Tiba saatnya kita panggil seorang kawan lama yang sudah begitu lama tidak berjumpa. Dia sudah menjadi orang Jakarta. Tapi beta  yakin dia masih ingat lagu lagu daerah dari kampungnya. Mari kita sambut penampilan dari…….. Daniel  Hatu”.
Daniel tersenyum pada Nurjannah, dia melangkah ke podium dan mengambil mikropon dari pembawa acara.
“Saya akan membawakan sebuah lagu. Lagu ini adalah lagu cinta. Lagunya dalam bahasa Ambon tapi akan mudah dimengerti oleh bukan Ambon. Lagu ini harus dinyanyikan berdua. Saya mau panggil partner saya ibu Nurjannah.”
Nurjannah kaget mendengar  Daniel menyebut namanya. Daniel hanya bercanda. cepat dia sambung bicaranya.  “Tapi karena bu Nurjannah pasti belum tau lagu ini, saya mohon Bu Nur diwakili oleh adik kita, seorang penyanyi dari Ambon…..  Sally”. 
Setelah Sally maju, Daniel membisikkan sesuatu kepada Sally. Dan kemudian berujar kepada penonton: “Lagu yang akan kami bawakan adalah  “Dua hati , satu cinta”.
         
Baik Daniel maupun Sally membawakan lagu itu  dengan penuh perasaan,  serius, dengan mimik yang bersunggugh sungguh  sebagaimana layaknya sepasang kekasih yang saling mengungkapkan rasa. Liriknya saling  berjawab jawaban dengan nada yang pas dan serasi satu sama lainnya. Lagu itu begitu syahdu, sehingga Nurjannah yang mendengar Daniel menyanyi seperti itu ikut hanyut dalam haru dan matanyapun ikut ber kaca kaca.  Sesekali Daniel sambil bernyanyi itu melihat dan menatap kepada Nurjannah,  kadang dengan sedikit senyum. Nurjannah pun seolah tak berkedip menyaksikan Daniel menyanyi itu. Dia ikut mnghayati lagu itu kendati sebagian kata katanya dia tidak terlalu mengerti.  Luar biasa. Setelah selesai hadirin bertepuk meriah dan tampak kalau penonton acara itu amat terpuaskan oleh dua penyanyi itu.Syair lagu itu amat menyentuh, terlebih bagi mereka yang sedang jatuh cinta. Nurjannah sempat minta syairnya kepada Daniel dan Daniel dengan senang hati menuliskannya untuk Nurjannah. Inilah  sebagian lirik lagu itu.

Ini yang skarang beta rasa
Hidup bahagia bersama ale nyong e
Cinta deng kasih sayang
Ale kasi slama ini..
Tamba rasa memiliki selamanya

                 Di hati beta seng ada laeng
                  Cinta suci ini par ale nona e..
                  Samua tulus dar hati
                  Akan selalu abadi..
                  Dalam suka duka
                 Katong ada sama sama


Masih panjang liryk lagu ini, Semua kata yang tidak dimengerti oleh Nurjannah dijelaskan oleh Daniel. Mereka membicarakan lagu ini sembari berbisik, dengan wajah yang sangat dekat satu sama lainnya. Dalam hatinya Daniel sangat ingin mencium Nurjannah yang malam itu nampak semakin cantik dengan parfum mewahnya yang menenebarkan wangi semerbak membuat Daniel semakin mendambakan janda ini.  
Sekitar jam 20,30 , Nurjannah berbisik kepada Daniel mengatakan sudah waktunya dia pulang. Dia khawatir kalau terlalu malam nanti anak anaknya cemas, karena dia gak kasi kabar pada anak anaknya. Daniel memaklumi niat Nurjannah, Ini baru kencan pertama Daniel tentu saja tidak mau terkesan sebagai orang yang suka memaksakan kemauannya dan kurang toleran kepada Nurjannah. . Mereka bangkit sama sama dan dengan sedikit tersenyum melambaikan tangannya kepada kawan kawannya yang menyaksikan kepergian dia dan Nurjannah. Sambil berjalan itu,  Daniel memegang tangan Nurjannah dan Nurjannahpun membiarkan dia dibimbing oleh Daniel melalui jalan keluar dari café itu. Sesampai di parkiran, Nurjannah memencet konci kontak mobilnya dan mobil itu mengeluarkan bunyi siulan sebagai peranda pintunya  sudah bisa dibuka. Nurjannahpun membuka pintu mobilnya. Sambil tersenyum Nurjannah melirik kepada Daniel dan berucap : “Terima kasih ya bung Daniel. Saya sudah diajak menikmati lagu lagu yang indah. Terutama lagu “ Dua hati satu cinta”  yang bung Daniel nyanyikan itu. Luar biasa menurut saya. Bung hebat kalau menyanyi ya”. Daniel hanya tersenyum mendengar pujian dari Nurjannah.
“Terima kasih bu Nur. Kapan kapan kita jalan bareng lagi ya Bu Nur”’
“Iyalah, kapan kapan” Menjawab Nurjanah sambil tersenyum dan menutup pintu mobilnya, menghidupkannya  dan kemudian berlalu dari hadapan Daniel yang amat gembiRa berhasil menunjukkan kebolehannya kepada Nurjannah.
          
Malam menjelang tidur Nurjannah mencoba mengingat lagi kencannya dengan Daniel malam itu yang bagi Nurjanah amat berkesan. Ternyata laki laki itu pandai menyanyi, suaranya bagus. Dia banyak kawan  pertanda pandai bergaul. Dan ternyata dia tau sopan santun terhadap wanita, dia membimbing tangan Nurjannah. Itu sikap pertanda peduli atas keselamatan nya. Nurjannah amat nyaman berada didekatnya dan , sayang suasananya terlalu terbuka sehingga, saat berdekatan itu seharusnya Daniel menciumnya. Nurjannah sudah lama mendambakan ciuman laki laki ganteng seperti Daniel Hatu itu.Sudah lama dia merindukan pelukan laki laki yang menyenangkan  , yang mampu  menghangatkan raganya dan memberi semangat hidup baginya. Hidupnya sudah cukup lama terasa hambar dan monoton. Malam ini dia merasakan lagi kenikmatan berdekatan dengan laki laki, walau hanya sebentar dan hanya sebatas berdekatan sambil berbisik saja.

Ada rasa rindu pada diri Nurjannah terhadap Daniel. Tapi dia tidak mau menghubungi laki laki itu. Dia khawatir bertepuk sebelah tangan, dia tidak akan bersikap agresif , karena sikap demikian bisa ditafsirkan sebagai sikap perempuan murahan. Tapi Nurjannah beruntung.  Pada malam minggu, kira kira 13 hari sejak kancan yang lalu, ternyata Daniel menghubunginya. Mengajak Nurjannah untuk menghadiri resepsi pernikahan anak seorang tetua dari Maluku. Nurjannah berpikir, pastilah resepsi itu hanya acara makan minum, memberi ucapan selamat, mendengarkan petuah dan nasihat perkawinan dan setelah itu….bubar atau kembali ke rumah masing masing.
Nujannah betul. Inti acaranya memang seperti itu , tapi ternyata ada plus nya. Yaitu acara dansa yang dimulai oleh kedua pengantin.
Danielpun membimbing tangan Nurjannah dan mengajaknya ketengah ruangan dimana dansa itu berlangsung dan merekapun saling merapatkan diri dan berdansa mengikuti lagu berirama slow  yang dimainkan grup band disitu. Ini kesempatan bagi Daniel untuk menekan punggung Nurjannah agar Nurjannah merapatkan dirinya , sehingga dada Nurjannah yang nampak montok sedikit menyembul itu bagaikan menempel ke dada Daniel sambil terus melangkah mengikuti irama lagu. Pipi merekapun sering bersentuhan dan Nurjannah sepertinya mengikuti saja keinginan Daniel karena dia juga merasakan kenikmatan atas pelukan Daniel terhadapnya itu.
            
Daniel pandai membaca gelagat. Dia yakin bahwa janda ini pasti bisa digaetnya. Tinggal meyakinkan saja kepadanya bahwa Daniel mencintainya  dan berhasrat untuk menikahinya.
Tapi keinginannya itu tidak disampaikannya kepada Nurjannah. Dia tahu waktunya belum tepat, Karena dia baru saja berpisah dengan istrinya Supit yang juga teman Nurjannah, masa secepat itu, baru berapa bulan  sudah kawin lagi dan dengan kawan baik mantan istrinya pula.  Daniel bisa menahan gejolak hatinya dan berniat mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan niat baiknya itu.
      
Hubungan Daniel dan Nurjannah tetap berjalan baik. Sekarang Nurjannah sudah mau menelepon Daniel , jika Daniel lama tidak meneleponnya.   Enam bulan setelah Daniel berpisah dengan istrinya, kebetulah dia kembali memasukkan deposito di bank Nurjannah. Dan sehabis itu dia mampir ke kamar Nurjannah yang sedang tidak terlalu sibuk. Mereka ngobrol ngalor ngidul, dan suatu saat Daniel  lama memperhatikan Nurjannah yang ngobrol sambil bekerja itu. Nurjannah ketika melihat kepada Daniel, bertatapan dengan mata si lelaki itu yang sedang menatapnya. Nurjannah nampak salah tingkah dan agak tersipu dipandang tajam oleh Daniel.
“Nur. Kamu cantik sekali Nur. Terus terang saya belum pernah jumpa dan dekat dengan perempuan secantik kamu. Saya minta diberi kesempatan selalu berada dekat kamu. Boleh tidak Nur”
Nurjannah, sedikit tersipu dengan pujian Daniel itu, tapi dia tidak berani menebak maksud ucapannya. Karena itu Nurjannah ingin Daniel bicara lebih tegas.
“Selalu dekat bagaimana maksud bung ?. “
“Saya cinta sama kamu Nur. Saya ingin kamu nejadi istri saya”.
Nurjannah langsung berdegup jantungnya, seakan tidak percaya atas pendengarannya. Pucuk dicinta ulam tiba .begitu tanggapan hati nuraninya. Jadi ternyata dia tidak bertepuk sebelah tangan. Laki laki ganteng dengan senyum manis ini ternyata benar menyukainya, bahkan dari mulutnya sudah terucap kata cinta yang ditujukannya kepada Nujannah.
“Bung Daniel sungguh sungguh ingin menjadi pasangan hidup saya ?.”
“Lha iya dong. Kalau orang jatuh cinta kan memang harus menjadi pasangan satu sama lain. Harus menjadi suami istri. Itu sudah hukum yang baku Nur” . Nurjannah diam saja karena dia memang mengharapkan jawaban demikian dari Daniel. Tapi ada hal yang perlu di klarifikasi kepada Daniel, yaitu soal agama nya.
“Tapi mungkin tidak segampang itu bung Daniel, karena kita kan beda agama”. Nurjannah ingin memancing reaksi Daniel terhadaop masalah itu.
Daniel langsung menukas: “ Tidak ada masalah  Nur, saya akan kembali pada agama saya semula agar kita bisa menikah secara islam”.
Hati Nurjannah plong mendengar penegasan dari Daniel Hatu itu.
 “BagaImana Nur  ? “. 
Daniel masih penasaran karena Nurjannah masih belum memberikan penegasan. Nurjannah, walaupun dia sudah ingin segera menjadi istri Daniel, namun dia masih ingat cerita Bu Supit tentang bekas suaminya itu.
“Saya mau menjadi istri Bung, tapi saya tidak mau bung berlaku kasar pada saya. Saya tidak mau disamakan dengan Bu Supit yang sering dipukul oleh bung Daniel. Saya tidak mau itu terjadi. Lebih baik saya tetap jadi janda daripada menerima perlakuan seperti itu. Nurjannah melihat reaksi Daniel yang seperti  tak percaya terhadap pendengarannya. Kok Nurjannah tahu tentang tabiatnya yang memang cepat tangan  jika sedang marah. Namun karena Nurjanah sudah mengetahui hal itu, mau tidak mau dia harus mengakuinya dan berjanji tidak akan  melakukannya terhadap Nurjannah.
“Nur…. Itu masa lalu Nur. Saya akui itu pernah terjadi. Itu reaksi spontan , kemarahan sesaat  dan itu terjadi ada sebabnya. Tanpa sebab hal seperti itu tak akan pernah terjadi. Tapi sudahlah, saya tidak ingin membahas hal itu dengan kamu Nur. Saya yakin hal seperti itu tidak akan pernah terjadi pada kamu Nur. Setiap orang kan punya pembawaan masing masing. Pembawaan kamu kan beda dengan pembawaan Supit yang sering ngeyel dan bikin kesal. Saya yakin hal seperti itu tidak akan terjadi pada kamu“.
“Baiklah. Kalau bung berjanji seperti itu, saya bersedia menerima bung Daniel sebagai suami saya. Bung juga harus ingat bahwa saya janda dengan dua orang anak gadis yang sedang beranjak dewasa. Bung secara instan akan menjadi bapak dari anak anak saya itu. Jangan sampai nanti Bung hanya menginginkan ibunya saja, dan  merasa tidak peduli terhadap anak anak itu”.
Daniel agak jengah juga, kok calon istri ini banyak sekali pesannya yang bagi Daniel seolah sebagai peringatan baginya.
“Saya tidak punya anak Nur, tentu mereka otomatis menjadi anak saya, karena ibunya adalah istri saya. Saya akan jadi bapak yang sebenarnya bagi anak anak kamu, percayalah “.
“Baiklah bung. Kalau bung memang sudah bertekad seperti itu. Kapan Bung akan datamg menemui orang tua saya untuk melamar saya “.
Daniel mulai tersenyum mendapatkan pertanyaan yang sudah diduganya itu.   
“Terserah kamu Nur, bicaralah sama orang tua kamu dan anak anak kamu, dan tetapkan waktunya, saya akan datang dengan keluarga saya melamar kamu.”
         
Dua minggu setelah pembicaraan Nurjannah dengan nyong Ambon itu, Daniel dengan diiringi beberapa anggota keluarga dan kerabatnya  datang melamar Nurjannah kepada orang tuanya . Acara lamaran itu berlangsung lancar dan diputuskan bahwa pernikahan mereka akan dilangsungkan sebulan kemudian.
Sesuai dengan waktu yang sudah disepakati acara ijab Kabul kedua insan itu berlangsung secara sederhana di rumah Nurjannah dengan disaksikan keluarga dekat dari kedua belah pihak.

Hanya berkisar satu setengah tahun sejak perceraiannya dengan Ramadan, suami pertamanya, sekarang Nurjannah sudah mempunyai suami baru pula. Dalam hati dia seolah berkata, bukan Ramadan saja yang bisa mendapatkan istri muda. Dia  ternyata juga bisa mendapatkan suami yang usianya lebih muda darinya, walau usia Daniel hanya  setahun lebih muda dari Nurjannah. Dan Nurjannah merasa, suami barunya ini  tidak kalah tampan dan ganteng dibandingkan Ramadan. 
        
Dalam kenyataannya, Daniel tidak semantab Ramaddan dalam memberi nafkah batin kepada sang istri. Di malam pertama mereka, Daniel gagal memberi nafkah batin itu. Mungkin karena terlalu  bernafsu lepada Nurjannah, belum apa apa Daniel telah selesai. Wajah Daniel Nampak sangat kecewa, namun Nurjannah memahaminya sebagai hal biasa. Dia menganggap Daniel sudah lama tidak melakukannya, sehingga “ tanki ”nya terlalu penuh dan isinya gampang tumpah.  


Namun dalam hubungan berikutnya, pada besok malamnya, hal itu terjadi lagi, Daniel ED lagi dan rasa kecewa kembali bergayut diwajahnya,
Nurjannah yang berharap akan mendapatkan kepuasan dalam hubungan badan dengan suaminya itu jadi bertanya tanya dalam hati. Orang ganteng , nampak begitu jantan dan macho, kok belum apa apa sudah keok ?,  Tapi Nurjannah  tidak mau bertanya, apalagi berkomentar kepada suaminya tentang hal itu . Dia menganggap si suami mungkin terlalu tergesa gesa dan kurang tenang  sehingga dia ED lagi. Nurjannah hanya tersenyum saja, senyum yang bagi suaminya sangat menyakitkan sehingga setelah itu si suami menjadi uring uringan.  
Baru dua kali suaminya gagal itu, Nurjannah belum mau memberi saran agar suaminya itu berkonsultasi kepada dokter ahli tentang kelemahannya itu.  
        
Supit , mantan istri Daniel sudah lama menekan perasaannya atas kelemahan Daniel. Kadang tanpa sengaja dia meyinggung perasaan Daniel yang sangat sensitif kalau bicara soal kekurangannya itu. Kalau Daniel sudah tersinggung, dalam masalah itu, maka kesalahan kecil saja oleh ibu Supit dapat berujung pada kekasaran dan bahkan pemukulan. Sayangnya ibu Supit tidak pernah cerita kepada Nurjannah tentang kemampuan ranjang suaminya itu. Andaikata Nurjannah mengetahui hal tersebut, Nurjannah pastilah tidak akan mau menjadi istri  Nyong Ambon itu.
Sebenarnya ED (Eyakulasii Dini) itu bisa disembuhkan dengan terapi tertentu. Terjadinya karena berbagai sebab dan sebabnya itulah yang dilhilangkan. Nurjannah agak penasaran dan merasa dirugikan oleh ED itu,karenanya dia buka Google untuk mengetahui apa penyebabnya. Ternyata ada 10 hal yang bisa menjadi penyebab ED itu.  Di catat oleh Nurjannah. Diantara sebab sebab itu ada yang bisa diperbaiki dan ada yang dari “sono” nya sehingga hanya bisa dirubah oleh yang punya diri saja. Nurjannah memfokuskan pada beberapa penyebab yang diluar bawaan . Aspek itulah Nurjannah bisa membantu, walau tidak mudah.  

Kehidupan Nurjannah dengan suaminya berjalan normal normal saja, kecuali dalam soal nafkah batin, Nurjannah memang merasa tidak memperoleh nafkah batin yang sewajarnya dari suaminya. Dan tentang masalah ED itu Nurjannah sama sekali tidak berani berkomentar atau memberi saran kepada Daniel, karena Daniel tidak suka kalau Nurjannah meng utik utik masalah itu.Kerja sama dalam membiayai proyek berlangsung seperti hubungan yang dilakukan Daniel dengan mantan istrinya Supit. Dan beberapa kali Nurjannah selalu memperoleh keuntungan dari partisipasi modal yang diberikannya kepada Daniel.  jelas kalau untungnya jauh lebih besar dari bunga deposito bank.
Namun  Nurtjannah harus jeli memonitor pembayaran proyek yang dikerjakan Daniel. Karena Daniel itu banyak kawan dan amat suka mentraktir kawan kawannya jika duitnya sedang banyak. Dan kalau sudah seperti itu kewajiban untuk mengembalikan modal Nurjannah atau menyetor keuntungan kepada istrinya itu suka terlupa. Sering pula Daniel kesal kalau Nurjannah agak rewel dalam meminta kembali modalnya atau meminta bagian keuntungan yang menjadi haknya.

Suatu saat, Nurjannah bertanya tentang bagian keuntungan untuknya, karena dia tahu bahwa proyek sudah selesai dan Daniel sudah dibayar. Ternyata uang bagian Nurjannah itu dipinjamkan Daniel kepada temannya , termasuk uang Daniel sendiri. Temannya  saat itu sedang kepepet karena harus membayar hutangnya yang sudah ditagih  oleh krediturnya.
Nurjannah berkali kali menanyakan bagian keuntungannya itu, dan Nampak Nurjannah agak sedikit menekan dirasakan Daniel, tapi karena uang itu  belum diterimanya dari temannya yang meminjam, dia sabar saja mendengar celotehan istrinya itu. Besoknya  Daniel pulang sore setelah kawannya membayar hutangnya. Dalam saku celana Daniel sudah ada uang dalam amplop yang akan diserahkanya kepada Nurjannah. Ketika Nurjannah pulang dari kantor, begitu ketemu suaminya, dia langsung mengomel soal bagian keuntungan nya yang belum dibayar oleh suaminya itu. Suaminya naik pitam dan mengambil amplop uang itu dari kantongnya dan amplop uang itu dikepretkan Daniel kemuka istrinya. Istrinya mengelak, namun ujung amplop itu tetap mengenai pipi kanan Nurjannah dan meninggalkan bekas yang memerah di pipinya.


Itulah kekerasan terhadap Nujannah yang pertama dilakukan oleh Daniel. Nurjannah agak kaget dengan kejadian itu dan langsung teringat cerita ibu Supit kepadanya. Tapi Nurjannah telat merespon. Setelah amplop uang itu dikepretkannya, dengan nada bersungut sungut Daniel langsung keluar kamar dan menghilang dengan mobil mersinya di keremangan senja pada saat itu. Dia baru pulang setelah tengah malam.  Nurjannah  tidak protes atas perbuatan suaminya itu,  dia tidak menyangka akan di kasari oleh suaminya.Hanya terpaut satu jam setelah kejadian itu, anaknya Nurma datang bertamu kerumah ibunya.  dan melihat bekas memerah di pipi ibunya itu.. Tentu saja si anak bertanya kenapa pipi ibunya merah seperti itu. Nurjannah sulit menjelaskannya dengan berbohong karena itu dia menceritakan kepada Nurma kejadian itu  apa adanya.
                                         ----------
Lebih dari dua tahun sejak Nurjannah bercerai dari Ramadan, tak pernah ada komunikasi antara keduanya. Tiba tiba saja Ramadan menelepon Nurjannah ke kantornya. Semula Nurjannah enggan berbicara dengan laki laki yang telah menyakiti hatinya itu, tapi dia ingat bahwa laki laki yang bernama Ramadan yang terakhir sangat dibencinya itu adalah bapak dari anak anaknya, karena itu telepon Ramadan itu dijawabnya  juga. 
“Apa kabar Nur …” begitu sapa Ramadan kepada Nurjannah.
“Kabar baik , ada keperluan apa kamu menelepon saya “ menjawab Nurjannah dengan sedikit ketus.
“Saya hanya ingin meyakinkan diri saya saja bahwa kamu baik baik saja”
“Saya memang baik baik saja. Ada apa ? Kok kamu seperti  peduli pada  saya ?.”
“Tetap pedulilah, kamu kan ibu dari anak anak saya. Saya dapat kabar, kamu disakiti oleh suami kamu. Kabarnya kamu ditempeleng suamimu. Saya tidak senang mendengarnya.  Enam  belas tahun kita bersama saya tidak sekalipun  menyakiti kamu. Ini belum setahun kamu sudah kena tempeleng oleh suamimu”
Nurjannah agak kaget juga mendengar ucapan mantan suaminya itu. Dari mana dia tahu bahwa suaminya menempeleng dia ?. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Suaminya hanya mengepret dia tapi tidak terlalu keras, Namun ada bekas sedikit memerah di pipinya yang terlihat oleh anaknya saat mengunjungi ibunya. Karena anaknya bertanya Nurjannah terpaksa menceritakan kejadiannya. Kejadiannya  hanya sekejap saja. Itu pun hanya terjadi di kamar ibunya .
Kebetulan Ramadan saat menelepon anaknya Nurma, menanyakan keadaan anak anaknya sambil ngobrol sama anaknya itu.  tanpa sengaja Nurma keceplosan omong tentang kejadian Daniel yang mengepretkan amplop ke muka ibunya sehingga membekas merah dipipin.

Semula Nurjannah sedikit heran  kok mantan suaminya tahu tentang hal kecil yang terjadi antara dia dengan suaminya Daniel ?. Pastilah anaknya Nurma  yang cerita kepada bapaknya.


“Itu urusan rumah tangga saya, kamu tidak perlu turut campur“, berkata Nurjannah kepada Ramadan yang menunggu reaksi dari Nurjannah.
“Disitulah salahnya kamu. KDRT dalam rumah tangga itu sama dengan kejahatan dan dapat dihukum. Kalau kamu bersedia saya mau membantu untuk memproses suamimu agar ditangani secara hukum.
Ramadan dengan tutur bahasanya yang lembut  melanjutkan bicaranya sebelum Nurjannah menanggapi ucapannya.
“Nur saya sudah berpikir matang matang, saya ingin membina kembali rumah tangga kita. Saya akan menceraikan istri saya Ranisa. Dia tidak sesuai dengan saya, dia terlalu muda sebagai istri saya. Saya mohon kamu mau mempertimbangkan untuk menceraikan suami kamu dan kita rujuk lagi menjadi satu keluarga. Saya janji tidak akan jadi beban kamu, saya sekarang banyak proyek, tidak akan mengganggu kamu dalam segi keuangan. Saya ingin bersama lagi dengan kamu dan anak anak kita Mumpung kamu ada alasan minta cerai dari suami kamu yang main kasar, main pukul terhadap kamu. Itu alasan kuat untuk mengajukan gugatan cerai”
Ramadan bicara panjang lebar seolah memberi nasihat kepada sesorang yang tidak tahu hukum. 
           
Nurjannah tidak menanggapi tawaran Ramadan itu. Dia sudah tak percaya lagi kepada mantan suaminya itu. Tidak percaya kepada janji janjinya karena pasti nanti akan dilanggarnya sendiri.
Nurjannah kemudian berucap kepada Ramadan :
“Ramadan , kamu itu bagi saya masa lalu. Percuma kamu berjanji macam macam, saya tidak akan percaya dan pintu hati saya sudah lama tertutup untuk kamu“. Tanpa menunggu jawaban dari Ramadan lagi, Nurjannahpun  menutup telepon itu.                        
Di luar kehidupan dalam rumah tangganya , Daniel ternyata cukup disegani dalam komunitas warga Maluku. Dia dianggap tokoh dan mempunyai hubungan yang luas. Dia mudah mendapatkan proyek proyek kelistrikan. Selain itu terdapat suatu grup yang menjadikan dia sebagai penasihat jika mereka menemui masalah. Grup ini lebih banyak mengandalkan otot dalam usaha mereka. Mereka sering jadi beking orang tertentu dalam mengamankan asset pihak tertentu atau jasa keamanan non formal yang cukup disegani karena banyak hal mereka selesaikan melalui cara cara yang dimulai dengan persuasive , kalau tidak mempan dengan cara intimidasai dan kalau masih ngeyel diselesaikan secara fisik . Penyelesaian dengan cara  terakhir itu sering menghadapkan mereka dengan pihak berwajib . Pergaulan Daniel yang luas sering dapat menyelesaikan atau membebaskan kawan kawannya yang ditangkap polisi karena  terlibat kekerasan. Berkat jasa dan kepiawaian Daniel , juga berkat dia ada uang yang cukup dia bisa membantu  menyelesaikan masalah di kelompok nya itu.  Akhirnya Daniel dikenal secara informal sebagai petinggi dari organisasi yang juga bersifat informal itu. Sayangnya organisasi kawan kawanya Daniel itu sering bikin ribut , penyelesian secara fisik lebih mengemuka ketimbang persuasive maupun intimidasi, sehingga kalau sudah berurusan dengan aparat keamanan, maka Daniel menjadi lebih sibuk dan sering proyeknya menjadi terlambat karena kurangnya waktu Daniel dalam mengawasi proyeknya. Sering pula kalau anak buahnya lalai , si anak buah ditempeleng atau dipukul oleh Daniel. Akibatnya beberapa tenaga andalannya berhenti bekerja dari perusahaan Daniel dan dia keteter sendiri yang berakibat dia di denda dan kadang di default karena pengerjaan proyeknya terlambat. Keuntungan proyek tentu saja menjadi lebih kecil dan bahkan ada proyeknya yang  merugi.

Kerugian tentu berakibat kepada hubungannya dengan partner usahanya, yaitu Nurjannah , istrinya sendiri. Disinilah sering timbul friksi . Nurjannah selalu mengomel kalau uangnya tidak kembali. Dia cerewet dalam menagih haknya kepada Daniel, dan kalau itu terjadi saat Daniel sedang kesal , maka tangannya pun melayang. Nurjannah paling sering kena kepret oleh Daniel, Kepretan bekas petinju yang menimpa muka, pipi, bahkan terkena pada bibir Nurjannah tentulah bibir itu bengkak atau berdarah karena terluka. Sebaliknya sikap Nurjannah bukannya melawan, melainkan menyembunyikan deritanya itu terhadap anak anaknya dan juga terhadap kawan kawanya di kantornya. Dia sering mencari alasan kalau ditanya kenapa pipinya bengkak ?. Dia mencari cerita agar orang orang tidak mengetahui kalau dia terkena kepretan atau dipukul suamin 
Nurjannah anak seorang pamen Polisi , Bapaknya meninggal dunia  setelah  pernikahannya dengan Daniel  berjalan sekitar 4 tahun.  Nurjannah tidak pernah cerita kepada orang tuanya yang tinggalnya cukup berjauhan dengan dia, tentang perlakuan Daniel kepadanya apabila Nyong Ambon itu temperamennya sedang naik. Dia malu karena dia tidak ingin keadaan dalam rumah tangganya diketahui orang lain.
             
Sementara itu anaknya Nurma sudah bekerja pada suatu perusahaan Konsultan dan hanya sekitar 6 bulan bekerja di perusahaan konsultan itu, diapun dilamar oleh seorang ekspat menjadi istrinya. Setelah menikah, Nurma pun pindah ke rumah sendiri yang dibelikan suaminya bagi mereka. Nurma cukup bahagia dalam kehidupan rumah tangganya, sampai suatu saat perusahaan konsultan itu bubar karena klien mereka semakin sedikit sehingga pemasukan lebih kecil dari biaya rutin dan perusahaan konsultan itupun  tutup. Nurma tetap dapat bekerja pada perusahaan lain, dan sementara suami tidak bekerja Nurma lah yang membiayai hidup suaminya sambil menunggu sang suami mendapatkan pekerjaan lagi. Namun apa yang diharapkan oleh suami Nurma , tidak kunjung terwujud, sehingga si suami berniat pulang atau kembali ke negaranya. Dia menginginkan rumah mereka di jual dan mereka pindah ke Negara asal suaminya. Nurma yang sedang meniti karier pada suatu perusahaan distributor , tentu saja agak keberatan kalau pindah ke negeri asal suaminya itu. Banyak persoalan yang akan dihadapinya di sana, apakah dia bisa bekerja  disana?. Bagaimana dengan anak anaknya yang sama sekali tidak mengerti bahasa yang dipakai di kampung halaman bapaknya itu. Namun setelah ditimbang baik buruknya, akhirnya Nurma bersedia pindah dan selama enam bulan  Nurma menganggur. Suaminya bahkan lebih lama lagi menganggurnya. Sampai 7 bulan. Setelah itu keluarga dengan dua anak satu laki laki dan satu perempuan itu hidup tenang dan sejahtera di negeri suaminya  itu.
     
Melda yang juga sudah menjadi gadis remaja, bertemu pula dengan seorang pemuda, bwrnama Sujono  asal Jawa yang halus budi bahasanya, dan cukup lama berpacaran dengan pemuda itu. Si Pemuda   mempunyai usaha sendiri yang dibangunnya bersama teman temannya. Hanya 9 bulan mereka berpacaran , akhirnya Meldapun dilamar dan mereka menikah dan juga punya  dua  anak  perempuan. Kehidupan Melda cukup bahagia dalam tumah tangganya dan mereka tinggal terpisah dari Nurjannah.
         
Setelah anak anaknya pada menikah, Nurjannah tinggal  hanya berdua dengan suaminya. Dia pagi pagi sudah pergi bekerja dan biasanya pulang sudah agak malam. Suaminya biasanya baru bangun sekitar jam sembilan , mandi dan menyantap sarapan pagi yang disediakan pembantu rumah tangga mereka, kemudian keluar mengontrol proyeknya. 
          
Suaminya,  sering pula pulang lebih malam. Pergaulan suaminya yang suka minum minum bersama kawan kawannya itu tidak bisa dihalangi oleh Nurjannah. Suaminya sudah tidak seperti dulu lagi. Sering pulang dalam keadaan mabuk dan, Nurjannah tidak berdaya sama sekali terhadap suaminya itu. Tidak bisa dilarang. Pernah Nurjannah berkomentar tentang kebiasaan mabuknya itu dan tak diduga, tangan si suami pun melayang menempelengnya, sambil berucap : “jangan kau ajari aku soal kebiasan minum ku. Hanya itu kenikmatan yang tersisa pada ku”. 
Nurjannah hanya merintih terkena tempeleng suaminya yang masih setengah mabuk itu. Tapi dia pun sadar bahwa dalam hal ini mungkin suaminya benar. Si suami sudah lama tidak menggaulinya, sebab nya tiada lain ED nya tak kunjung sembuh. Akhirnya Nurjannah jarang sekali “making love” bersama suaminya itu. Dan kalau itu dilakukan suaminya, Nurjannah pasrah saja karena si suami selalu selesai duluan dan Nurjannah sama sekali tidak memperoleh kenikmatan apapun dari hubungan badan dengan suaminya itu.
       
          Hampir tujuh tahun Nurjannah mengarungi bahtera rumah tangganya dengan suaminya yang dulu senyumnya amat manis itu. Kadang Nurjannah termenung , memikirkan nasibnya. Apa  yang diperolehnya dari pernikanahannya yang semula sangat didambakannya itu ? Kebahagiann ?. Jauh dari tu. Sama sekali rumah tangganmya dirasakannya tidak pernah tersentuh kebahagiaan yang didambakan  nya. Kepretan suaminya terhadapnya, tempelengan, bahkan jab suaminya yang  bekas petinju amatir itu sering menyiksanya. Tapi kenapa dia tahan selama itu menjadi istri Daniel yang dipanggilnya bung itu. Rasa malu terlalu mengungkunginya. Dia tidak mau terkesan sebagai perempuan buruk laku sehingga tidak ada suami yang tahan lama lama berumah tangga dengan dia. Dia malu kalau bercerai apalagi kalau dia diceraikan.
      
Kerja sama membiayai proyek kelistrikan dengan suaminya itu juga gagal. Sekitar 60 % tabungannya habis, dipakai untuk memodali usaha Daniel dengan harapan akan memperoleh pembagian keuntungan, namun yang terjadi,  keuntungan  tidak dapat tapi pokok atau tabungannya yang di pinjamkannya itu malah tidak kembali. Dan kalau Nurjannah menagih uangnya, jangankan uang yang diberi melainkan kepretan dan omelan yang diperolehnya.. Nurjannah merasa bertambah miskin semenjak menikah dengan si Bung Daniel itu. Akhirnya logikanya jalan juga. Pasalnya dia  tidak tahan lagi menerima sikap kasar dan main tangan dari suaminya

Pada suatu hari Nurjannah  datang menemui Kepala Bagian Hukum di Bank tempat dia bekerja. Dia curahkan semua kepedihan yang dialaminya kepada Suryawan yang Sarjana Hukum yang menjabat sebagai Kepala Lgal Department di bank kantornya.Nurjannah minta advis kepada Suryawan  tentang bagaimana sebaiknya menyelesaikan penderitaan  yang cukup lama ditanggungnya dan didiamkannya.
Rekan kerja Nurjannah itu amat terharu mendengar uraian Nurjannah. Dia ingat kalau Nurjannah pernah datang bekerja dengan bibir jontor, atau pipinya sedikit sembab. Rupanya itu adalah karena di kepret dan di tempeleng oleh suaminya. Dengan serta merta rekannya yang Sarjana Hukum itu , menyarankan agar menggugat cerai suaminya itu ke Pengadilan agama. Dia berjanji akan membantu membuatkan gugatan ke pengadilan agama, dan dia bersedia menjadi pengacara Nurjannah tanpa dibayar. Nurjannah seperti mendapat semangat baru setelah mendengar nasihat rekan kerjanya yang ahli hukum itu. Selama ini dia khawatir kalau menggugat cerai di pengadilan dia kalah pintar ngomongnya dari suaminya itu, dan ada rasa takut kalau gugatannya ditolak. Pernah didengarnya bahwa KDRT itu harus dibuktikan dengan visum dari dokter atau rumah sakit. Salahnya Nurjannah dia tidak pernah berpikir akan minta cerai sehingga dia tidak punya visum sebagai bukti bahwa suaminya telah melakukan KDRT terhadapnya. Rekan Kerja Nurjannah, yakin dengan uraian dan kronologi peristiwa peristiwa yang disampaiknan Nurjannah itu dia bisa menggugat cerai suaminya. Karena alasannya tidak hanya KDRT tetapi juga ada masalah kebohongan bahkan penipuan  dalam meminjam duit atau penggelapan modal yang dipercayakan Nurjannah kepada suaminya itu, karena uang  dari Nurjannah itu banyak yang  tidak pernah dikembalikan kepad nya.

Hanya dalam tempo seminggau setelah Nurjannah curhat kepada rekannya itu, naskah gugatan cerai Nurjannah sudah rampung disusun oleh rekan kerjanya itu. Nurjannah sesuju dengan naskah gugatan cerai itu, dan Nurjannah pun menanda tangani surat gugatan itu dan menyampaikannya langsung ke Pengadilan Agama di Jakarta Selatan.
Kebetulan saat Nurjannah menyampaikan gugatan cerai itu , suaminya sedang bepergian ke Semarang dalam rangka mengajukan tender untuk suatu jaringan listrik di Semarang. Ada sekitar tiga miunggu dia berada di kota itu.



Sekembalinya dia ke Jakarta, dia disodorkan Surat panggilan dari Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk bersidang menghadapi gugatan cerai istrinya. Daniel terpana membaca surat itu , seakan tak percaya kalau Nurjannah menggugat cerai dirinya. Lama dia termenung. Harga dirinya sedikit tersinggung. Dia selama ini merasa sebagai seorang suami yang hebat. Tidak mungkin ada yang ingin mencampakkannya. Banyak perempuan yang tertarik padanya. Dia merasa direndahkan dengan adanya gugatan cerai itu. Tapi dalam keadaan seperti itu malahan dia tidak emosi dan tidak marah. Dalam pikirannya, dia bahkan ingin menunjukkan kepada Nurjannah bahwa dia tidak takut bercerai darinya. Baginya amat mudah mendapatkan serang wanita sekelas Nurjannah. Dia tetap merasa sebagai pemuda yang ganteng, walau usianya saat itu sudah empat puluh enam tahun.
Dengan mata tak berkedip di tatapnya Nurjannah yang baru saja memberikan surat panggilan Pengadilan Agama itu kepadanya, sambil berucap.
“ Kamu serius mau cerai dengan saya Nur”.
“Iya. Saya sudah tidak tahan lagi menjadi istri kamu”. Nurjannah mulai memanggil suaminya dengan “kamu” yang selama ini selalu memanggil suaminya itu dengan “bung””.
“Baiklah kalau begitu mau kamu. Besok juga saya bisa cari perempuan yang lebih cantik dan lebih baik dari kamu”.
Nurjannah hanya diam saja., tidak berkomentar atas celotehan suaminya itu.  Suaminya diam, tidak bicara lagi. Dia hanya memandang kepada Nurjannah sambil mengeleng gelengkan kepalanya seolah  tidak percaya bahwa istrinya itu mengguat cerai kepadanya. Tapi dia tidak Nampak emosi .
Nurjannah juga diam saja. Jantungnya deg deg an , dia gak tahu apa yang akan dilakukan suaminya yang temeperamental itu kepadanya. Apakah dia akan mengamuk dan memukulinya ?. Nurjannah sudah pasrah dan akan menghadapi saja apa yang akan terjadi  terhadap dirinya. Dia mampak siap  dan tidak memperlihatkan ketakutannya menghadapi suaminya itu.
Diluat dugaan Nurjannah , suaminya malahan berkata.
“Oke lah Nur, kita ketemu di pengadilan.”
Daniel berdiri dan  masuk ke kamar. Mengambil koper dan mengisi koper itu dengan pakainnya yang dipindahkan dari lemari khusus yang berisi segala macam pakaian dan barang barang miliknya.
Nurjannah tetap di ruang tamu rumah itu. Dia tidak ikut masuk ke kamar dan menunggu saja apa yang akan dilakukan suaminya itu. Dia merasa jeri juga masuk ke kamar, khawatir suaminya itu gelap mata dan melampiaskan kemarahannya atas gugatan cerai Nurjannah  padanya.

Ada satu jam Daniel di kamar itu. Tidak lama kemudian dia keluar dengan menenteng sebuah koper besar dan sebuah travelling bag yang tadi dibawanya masuk . Traveling bag itu berisi pakaian dan perlengkapannya guna keperluan bepergian dari dan ke Semarang.  Daniel membawa koper dan travelling bag itu  langsung ke mobilnya. Dimasukkannya koper dan travelling bag nya itu ke mobil Mecedes S 230 miliknya itu. Tanpa menoleh lagi kepada Nurjannah, dia masuk kemobilnya dan  dihidupkannya mesin merci nya itu dan dijalankannya mobil  perlahan lahan  dan setelah keluar pagar, di gasnya mobil itu seolah dia sudah berada di jalan toll.
Nurjannah menarik napas lega. Dia bersyukur bahwa suaminya itu ternyata tidak naik emosinya dan tidak memukulnya pula atas gugatan cerai itu.  Padahal dia takut setengah mati kalau itu terjadiPada tanggal yang sudah ditetapkan Nurjannahpun hadir di Pengadilan Agama Jakarta Selatan bersama pengacaranya yang adalah rekan sekantor nya yang sarjana hukum itu. Daniel hadir sendirian, tanpa pendamping dan terlihat amat rapi memakai kemeja krem dan Dasi warna coklat muda dengan celana panjang berwarna coklat tua. Tampak kalau Daniel sedang menunjukkan kegantengannya . Dia sering tersenyum, bahkan kepada pengacara Nurjannah.  Mereka bersidang di Ruang Sidang No. 3.
Ada tiga  orang hakim dan seorang panitera di ruang itu. Hakim memulai sidang dengan menanyakan identitas mereka yang hadir di sidang itu, dimulaI dari Nurjannah, Pengacaranya dan kemudian Daniel. Setelah minta penjelasan tentang identitas mereka, Hakim Ketua membacakan pokok tuntutan Gugatan Nurjannah  dan memastikan bahwa Nurjannah paham akan arti gugatannya itu dan paham pula akan konsekwensi apabila gugatan itu dikabulkan, Kemudian Hakim Ketua bertanya kepada Daniel apakah mengerti maksud gugatam cerai yang dilakukan istrinya tersebut.Daniel pun  menjawab , mengerti. Apakah menyetujui atau menerima gugatan cerai dari penggugat ?. Daniel menjawab “Tidak menerima”.
Hakim ketua bertanya:  “Kenapa tergugat tidak menerima?”. Dijawab oleh Daniel sambil tersenyum :” Saya tidak setuju bercerai dengan dia yang mulia, karena saya masih mencintainya”. Daniel pun melirik kepada Nurjannah. Kemudian, melanjutkan bicaranya. “Menurut rasa hati saya istri saya Nurjannah juga masih cinta kepada saya”.
Hakim ketua melihat kepada Nurjannah , dan langsung bertanya : “Bagaimana itu  penggugat ? Betul apa yang dikatakan tergugat?”
“Tidak betul yang mulia, saya sama sekali tidak mencintainya lagi. Saya sudah cukup menderita yang mulia. Saya sudah tidak tahan lagi hidup bersama dia. Mohon yang mulia tidak mengubris permintaannya.  Dia laki laki kejam yang gampang marah  dan cepat tangan. Kalau dia sedang emosi, kesalahan saya sedikit saja dipersoalkan dan kalau saya jawab tangannya langsung memukul saya”.
Daniel tersenyum mendengar jawaban Nurjannah dan langsung menukas : “Kalau saya seperti itu mana mungkin dia tahan menjadi istri saya sampai tujuh  tahun Yang Mulia.  Kami saling mencntai Yang Mulia, mungkin akhir akhir ini istri saya tertarik pada laki laki lain , sehingga mencari alasan yang di buat buat “
Nurjannah amat geram mendengar tuduhan suaminya itu. Tapi dia tidak berdaya membantahnya. Nurjannah terbawa emosi dan hanya bisa menitikkan air mata karena kesal.
Pengacara Nurjannah ikut memberikan argumentasi yang menguatkan gugatan Nurjannah. Daniel dengan pintar memanfaatkan lamanya hubungan perkawinan mereka yang mencapai tujuh  tahun itu sebagai kerangka acuan bahwa selama ini hubungan mereka baik baik saja.


Sidang hari pertama itu diakhiri karena kedua belah pihak tetap pada pendiriannya, dan Sidang dilanjutkan sepuluh hari sejak hari itu.
Pada sidang ke dua, sepuluh hari setelah sidang pertama, Nurjannah membawa anak anaknya sebagai saksi di persidangan. Anak anaknya menjadi saksi atas kebenaran alasan Nurjannah bahwa suaminya sering kasar dan memukulnya. Dalam kesaksian anak anaknya mengungkapkan bahwa ibunya sering terlihat sembab pipinya, atau bibirnya terluka dan mereka yakin bahwa itu adalah perbuatan dari bapak tirinya yang benama Daniel itu. Sidang hari kedua ditunda lagi dilanjutkan seminggu berikutnya pada hari yang sama.

Pada hari Minggu sore, Nurjannah sedang sendirian di rumah. Pembantunya sedang keluar bersama temannya sesama pembantu.Tiba tiba sebuah mobil Mercedes meluncur ke pekarangannya. Nurjannah terkesiap, karena dia amat mengenal mobil itu sebagai mobil suaminya Daniel. Daniel turun dari mobilnya setelah memarkir mobil itu Dia tersenyum kepada Nurjannah dan mengulurkan tangannya bersalaman dengan Nurjannah. Nurjannah sebenarnya enggan bersalaman dengan laki laki yang sudah dibencinya itu. Tapi disalaminya juga suami yang akan diceraikannya tersebut. Daniel tampak ramah sekali kepada Nurjannah.
“Apa kabar Nur. Nampaknya kamu sehat dan semakin cantik aja ya“. Berkata Daniel sambil melepaskan senyum manisnya. Senyum yang dulu amat memikat bagi Nurjannah, tapi kini tidak lagi.
Dia tidak menjawab  dia tersenyum sedikit dan kemudian diam. Sementara itu Daniel juga diam. Masih Nampak kaku hubungan keduanya, walaupun mereka belum bercerai secara resmi.
“Nur……. Saya masih sayang sama kamu Nur. Saya masih cinta kamu. Tapi saya akan penuhi permintaan cerai kamu. Tidak usah kawatir soal cerai itu. Pasti kamu dapat.
Tapi Nur,  …. Saya ingin kita berpisah baik baik , Berpisah dengan kenangan manis. Saya sekarang bukan Daniel yang dulu lagi. Bukan lelaki yang cepat selesai karena eyakulasi dini. Saya sudah normal Nur. Itulah yang ingin saya buktikan kepada kamu. Mungkin bisa jadi kenangan manis bagi kamu sebelum kita benar benar berpisah. “
Nurjannah, menjadi pucat mendengar Daniel bicara begitu. Nurjannah mengerti , Daniel akan membuktikan kepadanya kejantanannya yang selama ini tidak pernah terbukti. Nurjannah diam saja belum memberikan persetujuan atas keinginan suaminya itu.   Daniel kembali bicara.
“Hanya sekali saja Nur. Untuk membuktikan cinta dan sayang saya kepada kamu Nur. Sehabis hari ini kita kan tidak akan bertemu lagi.” Nurjannah masih diam tidak bicara sepatah katapunDaniel, limabelas  menit sebelum sampai kerumah Nurjannah, ternyata telah menelan sebutir Viagra, pil biru yang ampuh itu. Pil biru itu nampaknya sudah bereaksi. Tanpa menunggu jawaban Nurjannah, Daniel berdiri dan memegang tangan Nurjannah. Nurjannah kemudian berdiri dan bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Nurjannah ikut saja berjalan bersama Daniel masuk kekamarnya, kamar yang dulu memang kamar mereka berdua. Danielpun mengunci pintu kamar itu.  Gairah yang sejak tadi ditahannya dengan serta merta dilepaskannya . Nurjannahpun tampak sedikit bergairah. Memang Viagra itu  menolong sehingga Daniel ereksi dengan mantab, Tapi tidak berpengaruh pada penyakit ED yang diidap Daniel. Nurjannah merasakan Daniel jauh lebih baik dari selama ini, walau masih tetap cepat selesainya.
Tidak lama setelah mereka ML (making love)  dikamar Nurjannah. Daniel pun berpamitan. Dia cium Nurjannah dipipinya dan dengan senyumnya yang khas dia berucap kepada Nurjannah.
“Baiklah Sayang, besok kita berjumpa lagi di Pengadilan.” Daniel tanpa menunggu jawaban Nurjannah pun pergi dan memghilang dengan mobilnya.


Nurjannah kembali duduk  terperangah dengan kejadian itu. Kejadian itu cepat sekali. Hanya sekitar 12 menit sejak kedatangannya dan mungkin hanya sekitar satu setengah menit mereka berada di kamar. 
“Kalaulah dia sebaik itu terus, tentu aku tidak akan menggugat cerai dia”, berguman Nurjannah dalam hatinya.

Besoknya setelah peristiwa itu, Nurjannah berjumpa lagi dengan Daniel di ruang sidang Pengadilan Agama yang sedang menggelar perkara gugatan cerai Nurjannah terhadap suaminya. Sebagaimana sebelumnya, hadir pada sidang itu  Nurjannah bersama pengacaranya dan Daniel suami Nurjannah sebagai tergugat. Setelah Hakim Ketua membguka sidang dan memeriksa catatan  perkembangan sidang sebelumnya, sang Hakim Ketua langsung bertanya kepada Nurjannah, apakah Nurjannah tetap dengan gugatannya ?  Nurjannah membenarkan , bahwa tetap meneruskan gugatannya. Lalu hakim ketua itu bertanya kepada tergugat , suami Nurjannah.
“Penggugat tetap pada gugatannya. Bagaimana dengan tergugat. ?”
“Saya masih mencintai istri saya Yang Mulia. Sebenarnya istri saya juga masih mencintai saya. Semalam kami masih berhubungan badan Yang Mulia. Kalau dia tidak mencintai saya lagi mana mungkin dia mau bersebadan dengan saya”’
Muka Nurjannah memerah, dia malu luar biasa.  Juga amat marah, tangannya dikepalnya , ingin dia mendatangai suaminya itu dan  menempelengnya. Giginya gemeretak karena geram, tiada lagi rasa takut pada suaminya itu. Tapi akal sehatnya masih bekerja , dan tanpa di duga diapun menangis, terisak dan berkata :
“Saya takut pak Hakim. Dia mendatangi saya saat saya sendirian dirumah. Dia tarik tangan saya saat saya masih duduk dan dibawanya masuk ke kamar. Saya berpikir dia akan membunuh saya, ternyata dia hanya ingin melampiaskan nasfu binatangnya. Terus terang semenjak dia datang sampai dia pergi setelah mengerjai saya, saya tidak bicara separah katapun kepadanya. Saya takut sekali Yang Mulia. “
Nurjannah tetap  menangis sesengutan.
“Jadi penggugat , terpaksa melakukannya karena takut kepada  tergugat ?”
“Betul yang mulia” menjawab Nurjannah sambil terisak.
‘Bagaimna dengan tergugat, apakah benar penggugat tidak bicara sepatah katapun kepada anda?
"Iya  , yang mulia”
“Kalau begitu jelas bahwa penggugat melakukan hubungan badan dengan tergugat bukan karena cinta ,melainkan karena takut terhadap tergugat.
Itu kesimpulan kami dalam soal hubungan badan antara tergugat dengan penggugat malam kemaren”. Kemudian sidang di skors dan Hakim berunding untuk mengambil keputusan terhadap perkara Gugatan Nurjannah melawan Tergugat Daniel Hatu, sang suami dari Nurjannah.

Setelah sidang dibuka kembali, Hakim Ketua langsung membacakan amar keputusannya , singkatnya Pengadilan Agama Jakarta Selatan, setelah  memeriksa , menyidangkan dan mempertimbangkan keterangan keterangan dari Penggugat, Tergugat dan saksi saksi, maka  dst    dst   dst …….. Memutuskan , mengabulkan gugatan dari penggugat  keseluruhannya “
Artinya, Nurjannah memenangkan gugantannya dan, resmi bercerai dari Daniel terhitung mulai tanggal penetapan Pengadilan Agama hari itu.  
Daniel akhirnya pasrah dan menerima keputusan Pengadilan Agama  Jkt Selatan itu. Dia menyalami hakim dan panitera, Kemudian dengan tetap tersenyum dia mendatangi Nurjannah, menyalami Nurjannah dengan tetap tersenyum, walau  senyum itu nampak kecut. Pengacara Nurjannah ikut disalami oleh Daniel. Nurjannahpun berdiri dan maju ke depan dan menyalami pula para hakim dan panitera.
Dalam perjalanan pulang Nurjannah menelepon anak anaknya memberitahukan keputusan Pengadilan Agama  Jakarta Selatan yang mengabulkan gugatannya. Anak anaknya  bersyukur  atas keputusan itu, dan mereka yakin ibu mereka sudah terbebas dari KDRT mulai sekarang.