MENABUR
CINTA KE DUA
Kira kira setahun sejak Nurjannah cerai dari Ramadan, dia
berkenal;an dengan seorang perempuan yang menjadi nasabahnya . Perempuan itu
adalah wanita Manado yang kemudian dikenalnya sebagai ibu Yola Supit. Ibu Supit dengan suaminya bernama Daniel,
masing masing punya deposito di bank dimana Nurjannah bekerja. Daniel itu
lelaki tampan berkulit agak gelap namun tampak jantan dan sedikit kekar karena
dia bekas petinju amatir. Daniel yang macho itu hanya sebentar mengeluti olah
raga tinju . Saat menjadi mahasiswa dia berhenti menjadi petinju dan memilih
melanjutkan kuliahnya di fakultas teknik Universitas Tri Sakti di Grogol Jakarta.
Dia seorang ahli lstrik bergelar insinyur, Istrinya yang dipanggil Ibu Supit
itu lumayan cantik dan ramah. Nurjannah dan ibu Supit itu sering ngobrol, dan
hubungan mereka tidak hanya terbatas
sebagai pejabat bank dengan nasabahnya, melainkan berkembang sebagai hubungan
pertemanan sesama perempuan.
Suatu hari ibu Supit datang ke
bank mencairkan depositonya dan setelah urusan pencairan deposito itu selesai,
ibu supit itupun bertamu ke Nurjannah yang kebetulan sedang istirahat sehabis
makan siang di kamar kerjanya. Kedatangan ibu supit , kawannya itu tentu
menyenangkan hatinya. Mereka ngobrol ngalor ngidul dan pada suatu moment ibu
Supit kemudian becerita kepada Nurjannah tentang statusnya yang baru berubah
dari Nyonya Daniel dan sekarang sudah menjadi seorang janda,
“ Bu Nur,
sekarang kita senasib lho.”
“Senasib
bagaimana maksud Bu Supit ? “
“Sekarang kita
sama sama janda lho bu”’ Nurjannah kaget:
“ Kok begitu ? Kenapa Bu”.
“Suami saya
itu jahat lho Bu, nampaknya aja suka tersenyum manis dan baik, Tapi dia
orangnya temperamental. Kalau lagi marah suka main tangan, Saya gak tahan Bu,
akhirnya saya gugat cerai dan sekarang kami sudah pisah. Kami pisah baik baik.
Saya ceritakan semua permasalahannya kepada pendeta saya. Kami dua duanya
dinasehati. Dia juga keras dan kurang suka menerima nasihat pendeta. Lalu saya
ditantang oleh dia untuk bercerai saja, Ya saya sambut dengan senang hati.”
Nurjannah
terperangah mendengar cerita ibu Supit itu. Dia ingat mantan suaminya Ramadan
yang tidak pernah sedikit pun menyakitinya secara fisik. Hanya batinnya
tersiksa karena suaminya itu doyan kawin, bahkan biaya kawinnya tanpa disadari
Nurjannah adalah dengan menggunakan uang yang dimintanya dari Nurjannah.
Manakah yang lebih menyakitkan ? Bertanya Nurjannah dalam hati.
Saat
Nurjannah harus bekerja kembali karena jam istirahat sudah habis, kedua
janda yang bersahabat itupun berpisah.
Dua minggu setelah itu, Daniel mantan
suami Ibu Supit itupun datang ke bank, juga untuk mencairkan depositonya yang
sudah jatuh tempo. Tapi Daniel tidak membawa uang pencairan itu sepeserpun,
semuanya disetorkannya kembali ke rekening giro atas nama dirinya. Dia pun minta izin kepada
petugas di depan kamar kerja Nurjannnah yang adalah sekretaris Nurjannah untuk
menemui Nurjannah si manager bank itu.
Sebenarnya
Nujannah enggan menemui laki laki berkulit agak gelap yang mantan suami ibu Supit teman baiknya itu.
Namun karena Daniel itu juga adalah nasabah, maka Nurjannahpun tetap membuka
pintunya dan mempersilahkan Daniel mengambil tempat duduk di sofa ruang kerja
Nurjannah . Daniel itu orangnya modist, nampak parlente dan selalu rapi
pakaiannya bak artis pemain film. Rambutnya sedikit ikal dan kalau tersenyum
sering sambil memperlihatkan barisan giginya yang putih rapi dan teratur. Yang
istimewa dari laki laki Ambon ini adalah senyumnya. Kalau dia sudah tersenyum
pada perempuan muda, pastilah perempuan itu terpesona pada senyumnya itu.
Istilah Mario Teguh, perempuan itu akan “menggelepak gelepak” karena terpikat pada laki laki itu. Nurjannah pun merasakan seolah ada magis
pada senyum lelaki itu.
Mengobrol
dengan Daniel amat menyenangkan, dia pandai bercerita, pandai membuat lelucon
sehingga suasana mengobrol dengan laki laki
itu tetap segar dan tidak membosankan.
Pada
kesempatan ngobrol dengan Nurjannah, Daniel pun berkisah tentang perceraianya
dengan istrinya Supit. Mereka disamping sebagai suami istri, juga sebagai partner
usaha. Daniel sering mengerjakan pekerjaan jaringan listrik untuk kompleks
komlpeks perkantoran dan perumahan yang dikembangkan perusahaan Real Estate. Sering
untuk pengerjaan jaringan itu, peralatan listriknya harua di talangi lebih dulu
dan nanti ditagih kepada Developernya setelah proyek itu jadi. Dan tentu saja
harga pembelian nya lebih rendah dari harga yang ditagih Daniel kepada
pengembang. Dan untuk itu Daniel memerlukan modal. Selama ini modal pembelian peralatan peralatan
listrik seperti Travo, dengan berbagai kapasitas itu yang nilai nya ratusan
juta Rupiah , dilakukan secara patungan dengan istrinya yang dipanggil Ibu
Supit itu. Dengan bubarnya kongsi atau partnership dengan istrinya, Daniel ingin menjajaki barang kali Nurjannah
berminat berkongsi dengan dia menggantikan posisi Ny. Supit yang tidak lagi
menjadi partnernya.
Nurjannah mengetahui kalau Ibu
Supit dan si tuan Daniel ini masing masing mempunyai deposito yang cukup besar di bank
Nurjannah itu. Setidaknya hal itu memberi keyakinan pada Nurjannah bahwa proyek
jaringan kelistrikan yang mereka kerjakan cukup menguntungkan bagi mereka
berdua. Mereka sering membuka deposito dalam jumlah besar atas nama mereka
masing masing dan itu adalah indikator keberhasilan usaha yang di jalankan
Daniel. Deposito mereka hampir selalu dalam jumlah besar , ratusan
juta Rupiah. Dan deposito itu selalu atas nama masing masing, Dari kenyataan itu Nurjannah mendapat gambaran
bahwa pembagian keuntungannya pastilah adil dan kongsi dalam pembiayaan proyek
yang dikerjakan Daniel itu tentulah menguntungkan.
Nurjannah
mulai tertarik , belum kepada kegantengan laki laki yang bernama Daniel itu
melainkan kepada usahanya yang memberi peluang kerja sama pembiayaan kepada
Nurjannah. Namun Nurjannah tidak begitu saja dengan mudah melepas uangnya.
Daniel
menawarkan kepada Nurjannah untuk jalan njalan bersamanya ke proyek proyek yang
dikerjakannya. Nurjannah belum menjawab ajakan tersebut , dia masih pikir
pikir.
Dalam
mengobrol itu ,pada suatu saat , Nurjannah bertanya kepada Daniel:
“ Kenapa
bung Daniel tidak mengambil kredit bank saja untuk membiayai kebutuhan
kebutuhan pembelian peralatan itu ?”
Daniel pun
tangkas memberikan alasannya:
“ Mengambil
kredit itu kan perlu jaminan Bu Nur. Disitulah kekurangan saya. Saya tidak
punya jaminan. Keuntungan keuntungan yang diperoleh harus tetap disimpan dalam
bentuk kas, karena se waktu waktu ada proyek, saya langsung bisa kerja . Kalau
untuk itu harus minta kredit dulu , habis waktu mengurusnya dan tanpa jaminan,
Bank termasuk bank ibu ini mana mau kasi kredit ke saya ?. “
Nurjannahpun
manggut manggut membenarkan jawaban Daniel.
Karena sudah
cukup lama mengobrol dengan laki laki yang menyenangkan itu, Nurjannahpun mengakhiri
obrolan mereka.
“Baiklah
bung Daniel, lain kali kita ngobrol lagi ya”
“Jadi
bagaimana Bu Nur , dengan undangan saya untuk melihat proyek proyek yang saya
kerjakan itu, kapan Ibu ada waktu mengunjunginya “.
“Wah tidak
mungkin dalam jam kerja bung Daniel. Karena bung kan tidak mengajukannya
sebagai kredit kepada bank”
“Iya
lah.Tentu ini pribadi.Kapan ibu Nur ada waktu?”
“Nantilah
saya pikir pikir dulu. Kerjaan di kantor ini
sibuk Bung Daniel. Saya hampir
tidak punya waktu untuk hal hal yang bersifat pribadi”
“Kalau kerja
terus tanpa mengenal waktu, nanti cepat tua lho Bu Nur. Sekali sekali Ibu perlu
santailah. Ke proyek saya itu kan bisa di hari libur. Nanti saya bisa jemput
ibu di rumah atau bisa diatur ibu ingin dijemput dimana…”
“Nantilah
bung Daniel ….Nanti saya pertimbangkan ya. “
“Oke lah Bu
Nur…, nanti kita kontak lagi ya Bu. Ibu tidak keberatan toh, kalau kapan kapan kita juga ngobrol lagi
melalui telepon ?
Pembicaraan
itupun berakhir dan Daniel pun pamitan
dan keluar sembari tersenyum , Senyum manis khas Nyong Ambon itu yang bikin jantung Nurjannah berdegup.
Pembicaraan itu amat berkesan bagi
kedua belah pihak. Keduanya merasakan ada unsur lain yang membuat masing masing
terbuai oleh lawan bicaranya. Nurjannah yang sudah satu setengan tahun menjadi
janda itu sering terkesima menyaksikan mimik Daniel kalau sedang berbicara dan
sesekali melepaskan senyunmnya yang menawan hati itu. Begirtupun Daniel, kalau
berbicara selalu melihat mata dan bibir Nurjannah yang berlipstik merah
kecoklatan yang dimata Daniel amat serasi dengan make upnya yang tipis
yang nampak amat cantik dan mempesona.
Saat menjelang tidur, Nurjannah
seperti sulit memenjamkan matanya. Di pikirannya masih terbayang senyum si bung
Daniel yang indah itu.
“Ah …. Tidak
mungkin saya jatuh cinta pula pada si Ambon itu”, Nurjannah bergumam dalam
hatinya. “Dia itu kristen. Saya muslimah, mana mungkin bisa dipertemukan .
Jangan sampai terjadi deh…. Pasti ruwet kalau berumah tangga dengan dia . Pula
ibu Supit sudah kasi tau kalau dia itu jahat, temperamental dan suka main
tangan“. Nurjannah menemukan kembali
akal sehatnya. Dalam hatinya dia menegaskan : “gak mungkinlah saya akan jatuh hati pada orang seperti itu”.
Orang yang saling tertarik memang
sering membayang kan lawan jenisnya itu malam hari menjelang tidur. Begitupun
Daniel. Nurjannah dimatanya adalah perempuan sempurna. berwibawa, dan soal
kecantikan dimata Daniel dia layak ikut kontes Putri Indonesia. Begitulah
kecaitikan Nurjannah dimata Daniel, jauh diatas mantan istrinya Supit.
Baru berkisar lima hari setelah pembicaraan
Nurjannah dengan si bung Daniel, kembali
suara Nyong Ambon itu masuk ke telepon Nurjannah di kantornya.
Setelah diangkatnya, Nurjannahpun berucap :
“Selamat pagi bu Nur.Ini Daniel. Apa kabar buNur ?“.
“Kabar baik bung. Bung Daniel bagaimana kabarnya“
“Juga baik bu Nur. Begini bu Nur. Besok kan hari
Sabtu, bu Nur kan libur. Saya ingin beritahukan , di kafe teman saya di
Kuningan, ada live music dengan penyanyi penyanyi yang saya kenal sejak dari
kampung saya dulu di Maluku. Mereka sekarang sudah lumayan tenar . Mereka bisa
membawakan berbagai lagu baik pop, jazz maupun Blues yang romantis. Bu Nur pasti senang deh mendengarkan musik dan
lagu lagu mereka. Saya ingin ajak Bu Nur menyaksikan show mereka itu . Mereka
mulainya jam 7 sampai kira kira jam 10 malam dengan beberapa kali istirahat. Di
café itu makanannya bermacam macam, banyak menu menu khas yang pasti ibu suka.
Saya sudah pesan tempat untuk dua orang bagi kita, itu tempat VIP.Bagaimana
bu Nur ?”.
Daniel berbicara merocos terus dan tidak memberi
kesematan bagi Nurjannah untuk menyela.
Nurjannah seperti di fait a compli , tempat sudah
dipesan. Besok libur. Yang main music teman teman sekampungnya , setidaknya
pemusiknya dikenal oleh Daniel. Nurjannah merasa serba salah. Dia
ingin menolak, tapi seperti tak kuasa, akhirnya dengan berat hati Nurjannah pun
menjawab.
“Saya
ada acara keluarga dengan anak anak saya besok. Sebenarnya saya ingin cepat
pulang. Tapi karena bung Daniel sudah pesan tempat, ya sudahlah. Saya hanya
bisa sebentar saja disana. Jadi saya gak
bisa sampai malam. Paling saya hanya bisa satu jam saja disana, setelah itu saya harus pulang untuk istirahat, agar besok bisa beraktivitas
bersama anak anak saya. Bung Daniel kok gak ngomong dulu sebelumnya ? ”
“ Iya, maaf bu Nur. Saya tahunya juga mendadak.
Takut gak kebagian tempat saya segera pesan . Saya spekulasi aja bu, siapa tau
bu Nur bersedia ikut menyaksikan live nusic kawan kawan saya itu tentu
Alhamdulillah, saya bersyukur . Paling sial kan bu Nur gak bersedia, dan saya
tetap akan datang sendiri karena yang show itu teman teman saya bu Nur.”
Nurjannah terdiam mendengar pernyataan Daniel itu.
Tampaknya dia mengatakan sejujurnya, dan
Nurjannah dapat menerima alasan itu. Dan ada ucapan “Alhamdulillah” pula dari mulutnya,yang membuat Nurjannah
menjadi berpikir, orang ini kristen atau islam ?.
“Bung Daniel. Kok bisa ngomong Alhamdulillah segala.
Ngerti gak artinya ?”
“Ya ngerti dong bu Nur. Saya dulu kan Muslim. Ketika
kawin dengan Supit saya harus nikah di gereja. Apa boleh buat bu Nur. Waktu itu
kan sedang jatuh cinta berat, saya
ikuti saja kemauan kekasih saya ber fam Supit itu.”
“Ooh begitu, jadi sekarang bung Daniel agamanya apa.
“
“Sejak pisah dengan Supit saya sudah tidak ke gereja
lagi. Terus terang saat ini agama saya mengambang bu Nur. Bagi saya agama itu
kan pegangan agar kita selalu ingat kepada pencipta kita. Ada Tuhan yang
mengatur perjalanan hidup kita, agar kita tidak tersesat dan berbuat yang
menyimpang dari norma norma yang patut, Begitu kan Bu Nur”
Nurjannah terlahir sebagai seorang muslimah , sejak
dari kakek , nenek bahkan buyut dan
buyut dari buyutnya. Sebagai orang Minang seharusnya Nurjannah memahami Islam
itu seperti apa. Sayang kerena pindah ke Jakarta dan orang tuanya sibuk dan kurang
perhatian pula terhadap pendidikan agama bagi anak anaknya, maka penguasan
agama pada Nurjannah hanya pada kulitnya saja. Dia tidak bisa menanggapi hal hal yang disampaikan Daniel kepadanya dalam soal agama itu. Akhirnya Nurjannah
mengalihkan pembicaraan kembali ke pokok
masalah, nonton live music di café di kuningan.
“ Baiklah
bung. Tapi bagaimana kesananya ?. “
“Bagaimana kalau bu Nur saya jemput sehabis kantor.
Kira kira jam setenga tujuh?”
“Boleh juga begitu,tapi mobil saya bagaimana ya?.“
“Mobil bu Nur
diantar sopir aja ke rumah dan
nanti saya yang antar bu Nur pulang”
Nurjannah
jadi berpikir. Bagaimana nanti tanggapan anak anaknya, kok ibunya pergi
ngelayap , mobilnya diantar pulang oleh supir tanpa ibunya? . Bisa bisa anak
anaknya berpikir yang bukan bukan terhadap dirinya. Akhirnya Nurjannah
mengambil keputusan. Dia ikut mobil Daniel dan sopirnya mengiringi dari
belakang ke kafe di kuningan itu. Si sopir memarkirkan mobil dan setelah itu
konci diserahkan kepadanya dan si sopir langsung pulang. Nanti Nujannah pulang sendiri
setelah menonton live music di café tersebut.
Daniel pun setuju dan berjanji akan muncul di kantor Nurjannah pada jam
18.30.
Mendekati jam 18.30 Daniel pun mengetok
pintu ruang kerja Nurjannah. Nurjannagh pun datang membuka pintu dan dia
langsung berhadapan begitu dekat dengan Daniel yang sudah tersenyum lebih
dahulu kepadanya.
“Berangkat sekarang ?“, tanya Nurjannah yang
tampaknya sudah siap .
“Iya. Ok “ menjawab Daniel sambil melangkah kembali
keluar.
Nurjannahpun mengikuti Daniel, menaiki mobil Daniel
sementara mobil Nurjannah dibawa sopirnya
dan mereka sama sama menuju sebuah café di Kuningan. Setelah mobil di parkir, si sopir menyerahkan konci mobil kepada Nurjannah dan
diapun berjalan kaki menuju halte bus setelah menerima tip dari Nurjannah.
Saat
mereka masuk ke Café itu, nampak para musisi
yang akan melaksanakan shownya mulai mempersiapkan diri. Daniel pun menyambangi mereka, saling sapa , berpelukan dan
ada pula yang toss sambil mngadu telapak tangan dengan kawan kawannya itu.
Tampak kalau Daniel cukup akrab dengan para musisi itu.
Tidak
terlalu lama setelah itu Daniel pun meminta Menu kepada waiter disana . Dia
ingin segera memesan makanan , karena Nurjannah tidak bisa lama lama disana.
Daniel membiarkan Nurjannah memilih menu dan Daniel memesan sama dengan pesanan
Nurjannah. Setelah makanan itu datang merekapun langsung menikmati hidangan itu
sambil mendengarkan lagu lagu yang dibawakan oleh para penyanyi dan musisi dari
Maluku itu.
Sudah
tujuh lagu yang dimainkan dan diantara
lagu lagu itu ada yang dinyanyikan penyanyi
wanita bernama Sally yang suaranya terasa enak di dengar. Kemudian pembawa acara kembali menjalankan
tugasnya:
“Tadi
sudah kita dengar beberapa lagu yang
dibawakan grup nyanyi kesayangan kita. Tiba saatnya kita panggil seorang kawan
lama yang sudah begitu lama tidak berjumpa. Dia sudah menjadi orang Jakarta.
Tapi beta yakin dia masih ingat lagu
lagu daerah dari kampungnya. Mari kita sambut penampilan dari…….. Daniel Hatu”.
Daniel tersenyum pada Nurjannah, dia melangkah ke
podium dan mengambil mikropon dari pembawa acara.
“Saya akan membawakan sebuah lagu. Lagu ini adalah
lagu cinta. Lagunya dalam bahasa Ambon tapi akan mudah dimengerti oleh bukan
Ambon. Lagu ini harus dinyanyikan berdua. Saya mau panggil partner saya ibu
Nurjannah.”
Nurjannah kaget mendengar Daniel menyebut namanya. Daniel hanya
bercanda. cepat dia sambung bicaranya. “Tapi
karena bu Nurjannah pasti belum tau lagu ini, saya mohon Bu Nur diwakili oleh
adik kita, seorang penyanyi dari Ambon…..
Sally”.
Setelah Sally maju, Daniel membisikkan sesuatu
kepada Sally. Dan kemudian berujar kepada penonton: “Lagu yang akan kami
bawakan adalah “Dua hati , satu cinta”.
Baik
Daniel maupun Sally membawakan lagu itu
dengan penuh perasaan, serius,
dengan mimik yang bersunggugh sungguh
sebagaimana layaknya sepasang kekasih yang saling mengungkapkan rasa.
Liriknya saling berjawab jawaban dengan
nada yang pas dan serasi satu sama lainnya. Lagu itu begitu syahdu, sehingga
Nurjannah yang mendengar Daniel menyanyi seperti itu ikut hanyut dalam haru dan
matanyapun ikut ber kaca kaca. Sesekali
Daniel sambil bernyanyi itu melihat dan menatap kepada Nurjannah, kadang dengan sedikit senyum. Nurjannah pun
seolah tak berkedip menyaksikan Daniel menyanyi itu. Dia ikut mnghayati lagu
itu kendati sebagian kata katanya dia tidak terlalu mengerti. Luar biasa. Setelah selesai hadirin bertepuk
meriah dan tampak kalau penonton acara itu amat terpuaskan oleh dua penyanyi
itu.Syair
lagu itu amat menyentuh, terlebih bagi mereka yang sedang jatuh cinta. Nurjannah
sempat minta syairnya kepada Daniel dan Daniel dengan senang hati menuliskannya
untuk Nurjannah. Inilah
sebagian lirik lagu itu.
Ini
yang skarang beta rasa
Hidup
bahagia bersama ale nyong e
Tamba
rasa memiliki selamanya
Di hati beta seng ada laeng
Cinta suci ini par ale nona
e..
Masih
panjang liryk lagu ini, Semua kata yang tidak dimengerti oleh Nurjannah
dijelaskan oleh Daniel. Mereka membicarakan lagu ini sembari berbisik, dengan
wajah yang sangat dekat satu sama lainnya. Dalam hatinya Daniel sangat ingin
mencium Nurjannah yang malam itu nampak semakin cantik dengan parfum mewahnya
yang menenebarkan wangi semerbak membuat Daniel semakin mendambakan janda ini.
Sekitar
jam 20,30 , Nurjannah berbisik kepada Daniel mengatakan sudah waktunya dia
pulang. Dia khawatir kalau terlalu malam nanti anak anaknya cemas, karena dia
gak kasi kabar pada anak anaknya. Daniel memaklumi niat Nurjannah, Ini baru
kencan pertama Daniel tentu saja tidak mau terkesan sebagai orang yang suka
memaksakan kemauannya dan kurang toleran kepada Nurjannah. . Mereka bangkit
sama sama dan dengan sedikit tersenyum melambaikan tangannya kepada kawan
kawannya yang menyaksikan kepergian dia dan Nurjannah. Sambil berjalan itu, Daniel memegang tangan Nurjannah dan Nurjannahpun
membiarkan dia dibimbing oleh Daniel melalui jalan keluar dari café itu.
Sesampai di parkiran, Nurjannah memencet konci kontak mobilnya dan mobil itu
mengeluarkan bunyi siulan sebagai peranda pintunya sudah bisa dibuka. Nurjannahpun membuka pintu
mobilnya. Sambil tersenyum Nurjannah melirik kepada Daniel dan berucap : “Terima
kasih ya bung Daniel. Saya sudah diajak menikmati lagu lagu yang indah.
Terutama lagu “ Dua hati satu cinta” yang bung Daniel nyanyikan itu. Luar biasa
menurut saya. Bung hebat kalau menyanyi ya”. Daniel hanya tersenyum mendengar
pujian dari Nurjannah.
“Terima
kasih bu Nur. Kapan kapan kita jalan bareng lagi ya Bu Nur”’
“Iyalah,
kapan kapan” Menjawab Nurjanah sambil tersenyum dan menutup pintu mobilnya,
menghidupkannya dan kemudian berlalu
dari hadapan Daniel yang amat gembiRa berhasil menunjukkan kebolehannya kepada
Nurjannah.
Malam menjelang tidur Nurjannah
mencoba mengingat lagi kencannya dengan Daniel malam itu yang bagi Nurjanah
amat berkesan. Ternyata laki laki itu pandai menyanyi, suaranya bagus. Dia
banyak kawan pertanda pandai bergaul.
Dan ternyata dia tau sopan santun terhadap wanita, dia membimbing tangan
Nurjannah. Itu sikap pertanda peduli atas keselamatan nya. Nurjannah amat
nyaman berada didekatnya dan , sayang suasananya terlalu terbuka sehingga, saat
berdekatan itu seharusnya Daniel menciumnya. Nurjannah sudah lama mendambakan
ciuman laki laki ganteng seperti Daniel Hatu itu.Sudah lama dia merindukan
pelukan laki laki yang menyenangkan ,
yang mampu menghangatkan raganya dan
memberi semangat hidup baginya. Hidupnya sudah cukup lama terasa hambar dan
monoton. Malam ini dia merasakan lagi kenikmatan berdekatan dengan laki laki,
walau hanya sebentar dan hanya sebatas berdekatan sambil berbisik saja.
Ada rasa rindu pada diri Nurjannah terhadap Daniel. Tapi dia tidak mau
menghubungi laki laki itu. Dia khawatir bertepuk sebelah tangan, dia tidak akan
bersikap agresif , karena sikap demikian bisa ditafsirkan sebagai sikap
perempuan murahan. Tapi Nurjannah beruntung.
Pada malam minggu, kira kira 13 hari sejak kancan yang lalu, ternyata
Daniel menghubunginya. Mengajak Nurjannah untuk menghadiri resepsi pernikahan
anak seorang tetua dari Maluku. Nurjannah berpikir, pastilah resepsi itu hanya
acara makan minum, memberi ucapan selamat, mendengarkan petuah dan nasihat
perkawinan dan setelah itu….bubar atau kembali ke rumah masing masing.
Nujannah betul. Inti acaranya memang seperti itu ,
tapi ternyata ada plus nya. Yaitu acara dansa yang dimulai oleh kedua
pengantin.
Danielpun membimbing tangan Nurjannah dan
mengajaknya ketengah ruangan dimana dansa itu berlangsung dan merekapun saling
merapatkan diri dan berdansa mengikuti lagu berirama slow yang dimainkan grup band disitu. Ini
kesempatan bagi Daniel untuk menekan punggung Nurjannah agar Nurjannah
merapatkan dirinya , sehingga dada Nurjannah yang nampak montok sedikit
menyembul itu bagaikan menempel ke dada Daniel sambil terus melangkah mengikuti
irama lagu. Pipi merekapun sering bersentuhan dan Nurjannah sepertinya
mengikuti saja keinginan Daniel karena dia juga merasakan kenikmatan atas
pelukan Daniel terhadapnya itu.
Daniel pandai membaca gelagat. Dia yakin bahwa janda ini pasti bisa
digaetnya. Tinggal meyakinkan saja kepadanya bahwa Daniel mencintainya dan berhasrat untuk menikahinya.
Tapi keinginannya itu tidak disampaikannya kepada
Nurjannah. Dia tahu waktunya belum tepat, Karena dia baru saja berpisah dengan
istrinya Supit yang juga teman Nurjannah, masa secepat itu, baru berapa bulan sudah kawin lagi dan dengan kawan baik mantan
istrinya pula. Daniel bisa menahan
gejolak hatinya dan berniat mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan niat
baiknya itu.
Hubungan Daniel dan Nurjannah tetap berjalan baik. Sekarang Nurjannah
sudah mau menelepon Daniel , jika Daniel lama tidak meneleponnya. Enam
bulan setelah Daniel berpisah dengan istrinya, kebetulah dia kembali memasukkan
deposito di bank Nurjannah. Dan sehabis itu dia mampir ke kamar Nurjannah yang
sedang tidak terlalu sibuk. Mereka ngobrol ngalor ngidul, dan suatu saat Daniel
lama memperhatikan Nurjannah yang ngobrol
sambil bekerja itu. Nurjannah ketika melihat kepada Daniel, bertatapan dengan
mata si lelaki itu yang sedang menatapnya. Nurjannah nampak salah tingkah dan
agak tersipu dipandang tajam oleh Daniel.
“Nur. Kamu cantik sekali Nur. Terus terang saya
belum pernah jumpa dan dekat dengan perempuan secantik kamu. Saya minta diberi
kesempatan selalu berada dekat kamu. Boleh tidak Nur”
Nurjannah, sedikit tersipu dengan pujian Daniel
itu, tapi dia tidak berani menebak maksud ucapannya. Karena itu Nurjannah ingin
Daniel bicara lebih tegas.
“Selalu dekat bagaimana maksud bung ?. “
“Saya cinta sama kamu Nur. Saya ingin kamu nejadi
istri saya”.
Nurjannah langsung berdegup jantungnya, seakan tidak
percaya atas pendengarannya. Pucuk dicinta ulam tiba .begitu tanggapan hati
nuraninya. Jadi ternyata dia tidak bertepuk sebelah tangan. Laki laki ganteng
dengan senyum manis ini ternyata benar menyukainya, bahkan dari mulutnya sudah
terucap kata cinta yang ditujukannya kepada Nujannah.
“Bung Daniel sungguh sungguh ingin menjadi pasangan
hidup saya ?.”
“Lha iya dong. Kalau orang jatuh cinta kan memang
harus menjadi pasangan satu sama lain. Harus menjadi suami istri. Itu sudah
hukum yang baku Nur” . Nurjannah diam saja karena dia memang mengharapkan
jawaban demikian dari Daniel. Tapi ada hal yang perlu di klarifikasi kepada
Daniel, yaitu soal agama nya.
“Tapi mungkin tidak segampang itu bung Daniel,
karena kita kan beda agama”. Nurjannah ingin memancing reaksi Daniel terhadaop
masalah itu.
Daniel langsung menukas: “ Tidak ada masalah Nur, saya akan kembali pada agama saya semula
agar kita bisa menikah secara islam”.
Hati Nurjannah plong mendengar penegasan dari Daniel
Hatu itu.
“BagaImana
Nur ? “.
Daniel masih penasaran karena
Nurjannah masih belum memberikan penegasan. Nurjannah, walaupun dia sudah ingin
segera menjadi istri Daniel, namun dia masih ingat cerita Bu Supit tentang
bekas suaminya itu.
“Saya mau menjadi istri Bung, tapi saya tidak mau bung
berlaku kasar pada saya. Saya tidak mau disamakan dengan Bu Supit yang sering
dipukul oleh bung Daniel. Saya tidak mau itu terjadi. Lebih baik saya tetap
jadi janda daripada menerima perlakuan seperti itu. Nurjannah melihat reaksi
Daniel yang seperti tak percaya terhadap
pendengarannya. Kok Nurjannah tahu tentang tabiatnya yang memang cepat tangan jika sedang marah. Namun karena Nurjanah sudah
mengetahui hal itu, mau tidak mau dia harus mengakuinya dan berjanji tidak
akan melakukannya terhadap Nurjannah.
“Nur…. Itu masa lalu Nur. Saya akui itu pernah
terjadi. Itu reaksi spontan , kemarahan sesaat
dan itu terjadi ada sebabnya. Tanpa sebab hal seperti itu tak akan
pernah terjadi. Tapi sudahlah, saya tidak ingin membahas hal itu dengan kamu
Nur. Saya yakin hal seperti itu tidak akan pernah terjadi pada kamu Nur. Setiap
orang kan punya pembawaan masing masing. Pembawaan kamu kan beda dengan pembawaan
Supit yang sering ngeyel dan bikin kesal. Saya yakin hal seperti itu tidak akan
terjadi pada kamu“.
“Baiklah. Kalau bung berjanji seperti itu, saya
bersedia menerima bung Daniel sebagai suami saya. Bung juga harus ingat bahwa
saya janda dengan dua orang anak gadis yang sedang beranjak dewasa. Bung secara
instan akan menjadi bapak dari anak anak saya itu. Jangan sampai nanti Bung
hanya menginginkan ibunya saja, dan
merasa tidak peduli terhadap anak anak itu”.
Daniel agak jengah juga, kok calon istri ini banyak
sekali pesannya yang bagi Daniel seolah sebagai peringatan baginya.
“Saya tidak punya anak Nur, tentu mereka otomatis
menjadi anak saya, karena ibunya adalah istri saya. Saya akan jadi bapak yang sebenarnya
bagi anak anak kamu, percayalah “.
“Baiklah bung. Kalau bung memang sudah bertekad
seperti itu. Kapan Bung akan datamg menemui orang tua saya untuk melamar saya “.
Daniel mulai tersenyum mendapatkan pertanyaan yang
sudah diduganya itu.
“Terserah kamu Nur, bicaralah sama orang tua kamu
dan anak anak kamu, dan tetapkan waktunya, saya akan datang dengan keluarga
saya melamar kamu.”
Dua
minggu setelah pembicaraan Nurjannah dengan nyong Ambon itu, Daniel dengan
diiringi beberapa anggota keluarga dan kerabatnya datang melamar Nurjannah kepada orang tuanya
. Acara lamaran itu berlangsung lancar dan diputuskan bahwa pernikahan mereka
akan dilangsungkan sebulan kemudian.
Sesuai dengan waktu yang sudah disepakati acara ijab
Kabul kedua insan itu berlangsung secara sederhana di rumah Nurjannah dengan
disaksikan keluarga dekat dari kedua belah pihak.
Hanya berkisar satu setengah tahun sejak
perceraiannya dengan Ramadan, suami pertamanya, sekarang Nurjannah sudah
mempunyai suami baru pula. Dalam hati dia seolah berkata, bukan Ramadan saja
yang bisa mendapatkan istri muda. Dia
ternyata juga bisa mendapatkan suami yang usianya lebih muda darinya,
walau usia Daniel hanya setahun lebih
muda dari Nurjannah. Dan Nurjannah merasa, suami barunya ini tidak kalah tampan dan ganteng dibandingkan
Ramadan.
Dalam
kenyataannya, Daniel tidak semantab Ramaddan dalam memberi nafkah batin kepada
sang istri. Di malam pertama mereka, Daniel gagal memberi nafkah batin itu.
Mungkin karena terlalu bernafsu lepada
Nurjannah, belum apa apa Daniel telah selesai. Wajah Daniel Nampak sangat
kecewa, namun Nurjannah memahaminya sebagai hal biasa. Dia menganggap Daniel
sudah lama tidak melakukannya, sehingga “ tanki ”nya terlalu penuh dan isinya
gampang tumpah.
Namun dalam hubungan berikutnya, pada besok
malamnya, hal itu terjadi lagi, Daniel ED lagi dan rasa kecewa kembali bergayut
diwajahnya,
Nurjannah yang berharap akan mendapatkan kepuasan
dalam hubungan badan dengan suaminya itu jadi bertanya tanya dalam hati. Orang
ganteng , nampak begitu jantan dan macho, kok belum apa apa sudah keok ?, Tapi Nurjannah tidak mau bertanya, apalagi berkomentar
kepada suaminya tentang hal itu . Dia menganggap si suami mungkin terlalu
tergesa gesa dan kurang tenang sehingga
dia ED lagi. Nurjannah hanya tersenyum saja, senyum yang bagi suaminya sangat
menyakitkan sehingga setelah itu si suami menjadi uring uringan.
Baru dua kali suaminya gagal itu, Nurjannah belum
mau memberi saran agar suaminya itu berkonsultasi kepada dokter ahli tentang
kelemahannya itu.
Supit
, mantan istri Daniel sudah lama menekan perasaannya atas kelemahan Daniel.
Kadang tanpa sengaja dia meyinggung perasaan Daniel yang sangat sensitif kalau
bicara soal kekurangannya itu. Kalau Daniel sudah tersinggung, dalam masalah
itu, maka kesalahan kecil saja oleh ibu Supit dapat berujung pada kekasaran dan
bahkan pemukulan. Sayangnya ibu Supit tidak pernah cerita kepada Nurjannah
tentang kemampuan ranjang suaminya itu. Andaikata Nurjannah mengetahui hal
tersebut, Nurjannah pastilah tidak akan mau menjadi istri Nyong Ambon itu.
Sebenarnya ED (Eyakulasii Dini) itu bisa disembuhkan
dengan terapi tertentu. Terjadinya karena berbagai sebab dan sebabnya itulah
yang dilhilangkan. Nurjannah agak penasaran dan merasa dirugikan oleh ED itu,karenanya
dia buka Google untuk mengetahui apa penyebabnya. Ternyata ada 10 hal yang bisa
menjadi penyebab ED itu. Di catat oleh
Nurjannah. Diantara sebab sebab itu ada yang bisa diperbaiki dan ada yang dari
“sono” nya sehingga hanya bisa dirubah oleh yang punya diri saja. Nurjannah
memfokuskan pada beberapa penyebab yang diluar bawaan . Aspek itulah Nurjannah
bisa membantu, walau tidak mudah.
Kehidupan Nurjannah dengan suaminya berjalan normal normal saja, kecuali
dalam soal nafkah batin, Nurjannah memang merasa tidak memperoleh nafkah batin
yang sewajarnya dari suaminya. Dan tentang masalah ED itu Nurjannah sama sekali
tidak berani berkomentar atau memberi saran kepada Daniel, karena Daniel tidak
suka kalau Nurjannah meng utik utik masalah itu.Kerja
sama dalam membiayai proyek berlangsung seperti hubungan yang dilakukan Daniel
dengan mantan istrinya Supit. Dan beberapa kali Nurjannah selalu memperoleh
keuntungan dari partisipasi modal yang diberikannya kepada Daniel. jelas kalau untungnya jauh lebih besar dari
bunga deposito bank.
Namun Nurtjannah harus jeli memonitor pembayaran
proyek yang dikerjakan Daniel. Karena Daniel itu banyak kawan dan amat suka
mentraktir kawan kawannya jika duitnya sedang banyak. Dan kalau sudah seperti
itu kewajiban untuk mengembalikan modal Nurjannah atau menyetor keuntungan kepada
istrinya itu suka terlupa. Sering pula Daniel kesal kalau Nurjannah agak rewel
dalam meminta kembali modalnya atau meminta bagian keuntungan yang menjadi
haknya.
Suatu saat, Nurjannah bertanya tentang bagian
keuntungan untuknya, karena dia tahu bahwa proyek sudah selesai dan Daniel
sudah dibayar. Ternyata uang bagian Nurjannah itu dipinjamkan Daniel kepada
temannya , termasuk uang Daniel sendiri. Temannya saat itu sedang kepepet karena harus membayar
hutangnya yang sudah ditagih oleh
krediturnya.
Nurjannah berkali kali menanyakan bagian
keuntungannya itu, dan Nampak Nurjannah agak sedikit menekan dirasakan Daniel,
tapi karena uang itu belum diterimanya
dari temannya yang meminjam, dia sabar saja mendengar celotehan istrinya itu.
Besoknya Daniel pulang sore setelah
kawannya membayar hutangnya. Dalam saku celana Daniel sudah ada uang dalam
amplop yang akan diserahkanya kepada Nurjannah. Ketika Nurjannah pulang dari
kantor, begitu ketemu suaminya, dia langsung mengomel soal bagian keuntungan
nya yang belum dibayar oleh suaminya itu. Suaminya naik pitam dan mengambil
amplop uang itu dari kantongnya dan amplop uang itu dikepretkan Daniel kemuka
istrinya. Istrinya mengelak, namun ujung amplop itu tetap mengenai pipi kanan
Nurjannah dan meninggalkan bekas yang memerah di pipinya.
Itulah kekerasan terhadap Nujannah yang pertama dilakukan
oleh Daniel. Nurjannah agak kaget dengan kejadian itu dan langsung teringat
cerita ibu Supit kepadanya. Tapi Nurjannah telat merespon. Setelah amplop uang
itu dikepretkannya, dengan nada bersungut sungut Daniel langsung keluar kamar
dan menghilang dengan mobil mersinya di keremangan senja pada saat itu. Dia
baru pulang setelah tengah malam.
Nurjannah tidak protes atas perbuatan
suaminya itu, dia tidak menyangka akan
di kasari oleh suaminya.Hanya terpaut satu jam setelah kejadian itu, anaknya Nurma datang
bertamu kerumah ibunya. dan melihat bekas
memerah di pipi ibunya itu.. Tentu saja si anak bertanya kenapa pipi ibunya
merah seperti itu. Nurjannah sulit menjelaskannya dengan berbohong karena itu
dia menceritakan kepada Nurma kejadian itu apa adanya.
----------
Lebih
dari dua tahun sejak Nurjannah bercerai dari Ramadan, tak pernah ada komunikasi
antara keduanya. Tiba tiba saja Ramadan menelepon Nurjannah ke kantornya.
Semula Nurjannah enggan berbicara dengan laki laki yang telah menyakiti hatinya
itu, tapi dia ingat bahwa laki laki yang bernama Ramadan yang terakhir sangat
dibencinya itu adalah bapak dari anak anaknya, karena itu telepon Ramadan itu
dijawabnya juga.
“Apa kabar Nur …” begitu sapa Ramadan kepada
Nurjannah.
“Kabar baik , ada keperluan apa kamu menelepon saya
“ menjawab Nurjannah dengan sedikit ketus.
“Saya hanya ingin meyakinkan diri saya saja bahwa
kamu baik baik saja”
“Saya memang baik baik saja. Ada apa ? Kok kamu
seperti peduli pada saya ?.”
“Tetap pedulilah, kamu kan ibu dari anak anak saya.
Saya dapat kabar, kamu disakiti oleh suami kamu. Kabarnya kamu ditempeleng
suamimu. Saya tidak senang mendengarnya.
Enam belas tahun kita bersama saya
tidak sekalipun menyakiti kamu. Ini belum
setahun kamu sudah kena tempeleng oleh suamimu”
Nurjannah agak kaget juga mendengar ucapan mantan
suaminya itu. Dari mana dia tahu bahwa suaminya menempeleng dia ?. Padahal
kenyataannya tidak seperti itu. Suaminya hanya mengepret dia tapi tidak terlalu
keras, Namun ada bekas sedikit memerah di pipinya yang terlihat oleh anaknya
saat mengunjungi ibunya. Karena anaknya bertanya Nurjannah terpaksa
menceritakan kejadiannya. Kejadiannya
hanya sekejap saja. Itu pun hanya terjadi di kamar ibunya .
Kebetulan Ramadan saat menelepon anaknya Nurma,
menanyakan keadaan anak anaknya sambil ngobrol sama anaknya itu. tanpa sengaja Nurma keceplosan omong tentang
kejadian Daniel yang mengepretkan amplop ke muka ibunya sehingga membekas merah
dipipin.
Semula
Nurjannah sedikit heran kok mantan suaminya tahu tentang hal kecil yang terjadi
antara dia dengan suaminya Daniel ?. Pastilah anaknya Nurma yang cerita kepada bapaknya.
“Itu
urusan rumah tangga saya, kamu tidak perlu turut campur“, berkata Nurjannah
kepada Ramadan yang menunggu reaksi dari Nurjannah.
“Disitulah salahnya kamu. KDRT dalam rumah tangga
itu sama dengan kejahatan dan dapat dihukum. Kalau kamu bersedia saya mau
membantu untuk memproses suamimu agar ditangani secara hukum.
Ramadan dengan tutur bahasanya yang lembut melanjutkan bicaranya sebelum Nurjannah
menanggapi ucapannya.
“Nur saya sudah berpikir matang matang, saya ingin
membina kembali rumah tangga kita. Saya akan menceraikan istri saya Ranisa. Dia
tidak sesuai dengan saya, dia terlalu muda sebagai istri saya. Saya mohon kamu
mau mempertimbangkan untuk menceraikan suami kamu dan kita rujuk lagi menjadi
satu keluarga. Saya janji tidak akan jadi beban kamu, saya sekarang banyak
proyek, tidak akan mengganggu kamu dalam segi keuangan. Saya ingin bersama lagi
dengan kamu dan anak anak kita Mumpung kamu ada alasan minta cerai dari suami
kamu yang main kasar, main pukul terhadap kamu. Itu alasan kuat untuk
mengajukan gugatan cerai”
Ramadan bicara panjang lebar seolah memberi nasihat
kepada sesorang yang tidak tahu hukum.
Nurjannah tidak menanggapi tawaran Ramadan itu. Dia sudah tak percaya
lagi kepada mantan suaminya itu. Tidak percaya kepada janji janjinya karena
pasti nanti akan dilanggarnya sendiri.
Nurjannah kemudian berucap kepada Ramadan :
“Ramadan , kamu itu bagi saya masa lalu. Percuma
kamu berjanji macam macam, saya tidak akan percaya dan pintu hati saya sudah
lama tertutup untuk kamu“. Tanpa menunggu jawaban dari Ramadan lagi,
Nurjannahpun menutup telepon itu.
Di luar kehidupan dalam rumah
tangganya , Daniel ternyata cukup disegani dalam komunitas warga Maluku. Dia
dianggap tokoh dan mempunyai hubungan yang luas. Dia mudah mendapatkan proyek
proyek kelistrikan. Selain itu terdapat suatu grup yang menjadikan dia sebagai
penasihat jika mereka menemui masalah. Grup ini lebih banyak mengandalkan otot dalam
usaha mereka. Mereka sering jadi beking orang tertentu dalam mengamankan asset
pihak tertentu atau jasa keamanan non formal yang cukup disegani karena banyak
hal mereka selesaikan melalui cara cara yang dimulai dengan persuasive , kalau
tidak mempan dengan cara intimidasai dan kalau masih ngeyel diselesaikan secara
fisik . Penyelesaian dengan cara
terakhir itu sering menghadapkan mereka dengan pihak berwajib .
Pergaulan Daniel yang luas sering dapat menyelesaikan atau membebaskan kawan
kawannya yang ditangkap polisi karena
terlibat kekerasan. Berkat jasa dan kepiawaian Daniel , juga berkat dia
ada uang yang cukup dia bisa membantu menyelesaikan masalah di kelompok nya itu. Akhirnya Daniel dikenal secara informal
sebagai petinggi dari organisasi yang juga bersifat informal itu. Sayangnya
organisasi kawan kawanya Daniel itu sering bikin ribut , penyelesian secara
fisik lebih mengemuka ketimbang persuasive maupun intimidasi, sehingga kalau
sudah berurusan dengan aparat keamanan, maka Daniel menjadi lebih sibuk dan
sering proyeknya menjadi terlambat karena kurangnya waktu Daniel dalam
mengawasi proyeknya. Sering pula kalau anak buahnya lalai , si anak buah
ditempeleng atau dipukul oleh Daniel. Akibatnya beberapa tenaga andalannya
berhenti bekerja dari perusahaan Daniel dan dia keteter sendiri yang berakibat
dia di denda dan kadang di default karena pengerjaan proyeknya terlambat.
Keuntungan proyek tentu saja menjadi lebih kecil dan bahkan ada proyeknya
yang merugi.
Kerugian
tentu berakibat kepada hubungannya dengan partner usahanya, yaitu Nurjannah ,
istrinya sendiri. Disinilah sering timbul friksi . Nurjannah selalu mengomel
kalau uangnya tidak kembali. Dia cerewet dalam menagih haknya kepada Daniel,
dan kalau itu terjadi saat Daniel sedang kesal , maka tangannya pun melayang.
Nurjannah paling sering kena kepret oleh Daniel, Kepretan bekas petinju yang
menimpa muka, pipi, bahkan terkena pada bibir Nurjannah tentulah bibir itu
bengkak atau berdarah karena terluka. Sebaliknya sikap Nurjannah bukannya melawan,
melainkan menyembunyikan deritanya itu terhadap anak anaknya dan juga terhadap
kawan kawanya di kantornya. Dia sering mencari alasan kalau ditanya kenapa
pipinya bengkak ?. Dia mencari cerita agar orang orang tidak mengetahui kalau
dia terkena kepretan atau dipukul suamin
Nurjannah anak seorang pamen Polisi ,
Bapaknya meninggal dunia setelah pernikahannya dengan Daniel berjalan sekitar 4 tahun. Nurjannah tidak pernah cerita kepada orang
tuanya yang tinggalnya cukup berjauhan dengan dia, tentang perlakuan Daniel
kepadanya apabila Nyong Ambon itu temperamennya sedang naik. Dia malu karena
dia tidak ingin keadaan dalam rumah tangganya diketahui orang lain.
Sementara itu anaknya Nurma sudah
bekerja pada suatu perusahaan Konsultan dan hanya sekitar 6 bulan bekerja di
perusahaan konsultan itu, diapun dilamar oleh seorang ekspat menjadi istrinya.
Setelah menikah, Nurma pun pindah ke rumah sendiri yang dibelikan suaminya bagi
mereka. Nurma cukup bahagia dalam kehidupan rumah tangganya, sampai suatu saat
perusahaan konsultan itu bubar karena klien mereka semakin sedikit sehingga
pemasukan lebih kecil dari biaya rutin dan perusahaan konsultan itupun tutup. Nurma tetap dapat bekerja pada
perusahaan lain, dan sementara suami tidak bekerja Nurma lah yang membiayai
hidup suaminya sambil menunggu sang suami mendapatkan pekerjaan lagi. Namun apa
yang diharapkan oleh suami Nurma , tidak kunjung terwujud, sehingga si suami
berniat pulang atau kembali ke negaranya. Dia menginginkan rumah mereka di jual
dan mereka pindah ke Negara asal suaminya. Nurma yang sedang meniti karier pada
suatu perusahaan distributor , tentu saja agak keberatan kalau pindah ke negeri
asal suaminya itu. Banyak persoalan yang akan dihadapinya di sana, apakah dia
bisa bekerja disana?. Bagaimana dengan
anak anaknya yang sama sekali tidak mengerti bahasa yang dipakai di kampung
halaman bapaknya itu. Namun setelah ditimbang baik buruknya, akhirnya Nurma
bersedia pindah dan selama enam bulan
Nurma menganggur. Suaminya bahkan lebih lama lagi menganggurnya. Sampai
7 bulan. Setelah itu keluarga dengan dua anak satu laki laki dan satu perempuan
itu hidup tenang dan sejahtera di negeri suaminya itu.
Melda yang juga sudah menjadi gadis
remaja, bertemu pula dengan seorang pemuda, bwrnama Sujono asal Jawa yang halus budi bahasanya,
dan cukup lama berpacaran dengan pemuda itu. Si Pemuda mempunyai usaha sendiri yang dibangunnya
bersama teman temannya. Hanya 9 bulan mereka berpacaran , akhirnya Meldapun dilamar
dan mereka menikah dan juga punya dua anak
perempuan. Kehidupan Melda cukup bahagia dalam tumah tangganya dan
mereka tinggal terpisah dari Nurjannah.
Setelah anak anaknya pada menikah, Nurjannah
tinggal hanya berdua dengan suaminya.
Dia pagi pagi sudah pergi bekerja dan biasanya pulang sudah agak malam.
Suaminya biasanya baru bangun sekitar jam sembilan , mandi dan menyantap
sarapan pagi yang disediakan pembantu rumah tangga mereka, kemudian keluar
mengontrol proyeknya.
Suaminya, sering pula pulang
lebih malam. Pergaulan suaminya yang suka minum minum bersama kawan kawannya
itu tidak bisa dihalangi oleh Nurjannah. Suaminya sudah tidak seperti dulu
lagi. Sering pulang dalam keadaan mabuk dan, Nurjannah tidak berdaya sama sekali
terhadap suaminya itu. Tidak bisa dilarang. Pernah Nurjannah berkomentar
tentang kebiasaan mabuknya itu dan tak diduga, tangan si suami pun melayang
menempelengnya, sambil berucap : “jangan kau ajari aku soal kebiasan minum ku.
Hanya itu kenikmatan yang tersisa pada ku”.
Nurjannah hanya
merintih terkena tempeleng suaminya yang masih setengah mabuk itu. Tapi dia pun
sadar bahwa dalam hal ini mungkin suaminya benar. Si suami sudah lama tidak
menggaulinya, sebab nya tiada lain ED nya tak kunjung sembuh. Akhirnya
Nurjannah jarang sekali “making love” bersama suaminya itu. Dan kalau itu
dilakukan suaminya, Nurjannah pasrah saja karena si suami selalu selesai duluan
dan Nurjannah sama sekali tidak memperoleh kenikmatan apapun dari hubungan
badan dengan suaminya itu.
Hampir tujuh tahun Nurjannah mengarungi
bahtera rumah tangganya dengan suaminya yang dulu senyumnya amat manis itu. Kadang
Nurjannah termenung , memikirkan nasibnya. Apa yang diperolehnya dari pernikanahannya yang
semula sangat didambakannya itu ? Kebahagiann ?. Jauh dari tu. Sama sekali
rumah tangganmya dirasakannya tidak pernah tersentuh kebahagiaan yang
didambakan nya. Kepretan suaminya
terhadapnya, tempelengan, bahkan jab suaminya yang bekas petinju amatir itu sering menyiksanya. Tapi
kenapa dia tahan selama itu menjadi istri Daniel yang dipanggilnya bung itu. Rasa
malu terlalu mengungkunginya. Dia tidak mau terkesan sebagai perempuan buruk
laku sehingga tidak ada suami yang tahan lama lama berumah tangga dengan dia.
Dia malu kalau bercerai apalagi kalau dia diceraikan.
Kerja sama membiayai proyek
kelistrikan dengan suaminya itu juga gagal. Sekitar 60 % tabungannya habis, dipakai
untuk memodali usaha Daniel dengan harapan akan memperoleh pembagian
keuntungan, namun yang terjadi, keuntungan
tidak dapat tapi pokok atau tabungannya
yang di pinjamkannya itu malah tidak kembali. Dan kalau Nurjannah menagih
uangnya, jangankan uang yang diberi melainkan kepretan dan omelan yang
diperolehnya.. Nurjannah merasa bertambah miskin semenjak menikah dengan si
Bung Daniel itu. Akhirnya logikanya jalan juga. Pasalnya dia tidak tahan lagi menerima sikap kasar dan main
tangan dari suaminya
Pada suatu hari Nurjannah datang menemui Kepala Bagian Hukum di Bank
tempat dia bekerja. Dia curahkan semua kepedihan yang dialaminya kepada Suryawan
yang Sarjana Hukum yang menjabat sebagai Kepala Lgal Department di bank
kantornya.Nurjannah minta advis kepada
Suryawan tentang bagaimana sebaiknya
menyelesaikan penderitaan yang cukup
lama ditanggungnya dan didiamkannya.
Rekan kerja
Nurjannah itu amat terharu mendengar uraian Nurjannah. Dia ingat kalau
Nurjannah pernah datang bekerja dengan bibir jontor, atau pipinya sedikit
sembab. Rupanya itu adalah karena di kepret dan di tempeleng oleh suaminya.
Dengan serta merta rekannya yang Sarjana Hukum itu , menyarankan agar menggugat
cerai suaminya itu ke Pengadilan agama. Dia berjanji akan membantu membuatkan
gugatan ke pengadilan agama, dan dia bersedia menjadi pengacara Nurjannah tanpa
dibayar. Nurjannah seperti mendapat semangat baru setelah mendengar nasihat
rekan kerjanya yang ahli hukum itu. Selama ini dia khawatir kalau menggugat
cerai di pengadilan dia kalah pintar ngomongnya dari suaminya itu, dan ada rasa
takut kalau gugatannya ditolak. Pernah didengarnya bahwa KDRT itu harus
dibuktikan dengan visum dari dokter atau rumah sakit. Salahnya Nurjannah dia
tidak pernah berpikir akan minta cerai sehingga dia tidak punya visum sebagai
bukti bahwa suaminya telah melakukan KDRT terhadapnya. Rekan Kerja Nurjannah,
yakin dengan uraian dan kronologi peristiwa peristiwa yang disampaiknan
Nurjannah itu dia bisa menggugat cerai suaminya. Karena alasannya tidak hanya
KDRT tetapi juga ada masalah kebohongan bahkan penipuan dalam meminjam duit atau penggelapan modal
yang dipercayakan Nurjannah kepada suaminya itu, karena uang dari Nurjannah itu banyak yang tidak pernah dikembalikan kepad nya.
Hanya dalam tempo seminggau setelah Nurjannah
curhat kepada rekannya itu, naskah gugatan cerai Nurjannah sudah rampung
disusun oleh rekan kerjanya itu. Nurjannah sesuju dengan naskah gugatan cerai
itu, dan Nurjannah pun menanda tangani surat gugatan itu dan menyampaikannya
langsung ke Pengadilan Agama di Jakarta Selatan.
Kebetulan
saat Nurjannah menyampaikan gugatan cerai itu , suaminya sedang bepergian ke
Semarang dalam rangka mengajukan tender untuk suatu jaringan listrik di
Semarang. Ada sekitar tiga miunggu dia berada di kota itu.
Sekembalinya dia ke
Jakarta, dia disodorkan Surat panggilan dari Pengadilan Agama Jakarta Selatan
untuk bersidang menghadapi gugatan cerai istrinya. Daniel terpana membaca surat
itu , seakan tak percaya kalau Nurjannah menggugat cerai dirinya. Lama dia
termenung. Harga dirinya sedikit tersinggung. Dia selama ini merasa sebagai
seorang suami yang hebat. Tidak mungkin ada yang ingin mencampakkannya. Banyak
perempuan yang tertarik padanya. Dia merasa direndahkan dengan adanya gugatan
cerai itu. Tapi dalam keadaan seperti itu malahan dia tidak emosi dan tidak
marah. Dalam pikirannya, dia bahkan ingin menunjukkan kepada Nurjannah bahwa
dia tidak takut bercerai darinya. Baginya amat mudah mendapatkan serang wanita
sekelas Nurjannah. Dia tetap merasa sebagai pemuda yang ganteng, walau usianya
saat itu sudah empat puluh enam tahun.
Dengan mata
tak berkedip di tatapnya Nurjannah yang baru saja memberikan surat panggilan
Pengadilan Agama itu kepadanya, sambil berucap.
“ Kamu
serius mau cerai dengan saya Nur”.
“Iya. Saya
sudah tidak tahan lagi menjadi istri kamu”. Nurjannah mulai memanggil suaminya
dengan “kamu” yang selama ini selalu memanggil suaminya itu dengan “bung””.
“Baiklah
kalau begitu mau kamu. Besok juga saya bisa cari perempuan yang lebih cantik
dan lebih baik dari kamu”.
Nurjannah
hanya diam saja., tidak berkomentar atas celotehan suaminya itu. Suaminya diam, tidak bicara lagi. Dia hanya
memandang kepada Nurjannah sambil mengeleng gelengkan kepalanya seolah tidak percaya bahwa istrinya itu mengguat
cerai kepadanya. Tapi dia tidak Nampak emosi .
Nurjannah
juga diam saja. Jantungnya deg deg an , dia gak tahu apa yang akan dilakukan
suaminya yang temeperamental itu kepadanya. Apakah dia akan mengamuk dan
memukulinya ?. Nurjannah sudah pasrah dan akan menghadapi saja apa yang akan
terjadi terhadap dirinya. Dia mampak siap dan tidak memperlihatkan ketakutannya
menghadapi suaminya itu.
Diluat
dugaan Nurjannah , suaminya malahan berkata.
“Oke lah
Nur, kita ketemu di pengadilan.”
Daniel
berdiri dan masuk ke kamar. Mengambil
koper dan mengisi koper itu dengan pakainnya yang dipindahkan dari lemari
khusus yang berisi segala macam pakaian dan barang barang miliknya.
Nurjannah
tetap di ruang tamu rumah itu. Dia tidak ikut masuk ke kamar dan menunggu saja
apa yang akan dilakukan suaminya itu. Dia merasa jeri juga masuk ke kamar,
khawatir suaminya itu gelap mata dan melampiaskan kemarahannya atas gugatan
cerai Nurjannah padanya.
Ada satu jam Daniel di kamar itu. Tidak lama
kemudian dia keluar dengan menenteng sebuah koper besar dan sebuah travelling
bag yang tadi dibawanya masuk . Traveling bag itu berisi pakaian dan perlengkapannya
guna keperluan bepergian dari dan ke Semarang.
Daniel membawa koper dan travelling bag itu langsung ke mobilnya. Dimasukkannya koper dan
travelling bag nya itu ke mobil Mecedes S 230 miliknya itu. Tanpa menoleh lagi
kepada Nurjannah, dia masuk kemobilnya dan dihidupkannya mesin merci nya itu dan dijalankannya
mobil perlahan lahan dan setelah keluar pagar, di gasnya mobil itu
seolah dia sudah berada di jalan toll.
Nurjannah
menarik napas lega. Dia bersyukur bahwa suaminya itu ternyata tidak naik
emosinya dan tidak memukulnya pula atas gugatan cerai itu. Padahal dia takut
setengah mati kalau itu terjadiPada tanggal yang sudah ditetapkan
Nurjannahpun hadir di Pengadilan Agama Jakarta Selatan bersama pengacaranya
yang adalah rekan sekantor nya yang sarjana hukum itu. Daniel hadir sendirian,
tanpa pendamping dan terlihat amat rapi memakai kemeja krem dan Dasi warna coklat
muda dengan celana panjang berwarna coklat tua. Tampak kalau Daniel sedang
menunjukkan kegantengannya . Dia sering tersenyum, bahkan kepada pengacara
Nurjannah. Mereka bersidang di Ruang
Sidang No. 3.
Ada tiga orang hakim dan seorang panitera di ruang itu.
Hakim memulai sidang dengan menanyakan identitas mereka yang hadir di sidang
itu, dimulaI dari Nurjannah, Pengacaranya dan kemudian Daniel. Setelah minta
penjelasan tentang identitas mereka, Hakim Ketua membacakan pokok tuntutan
Gugatan Nurjannah dan memastikan bahwa
Nurjannah paham akan arti gugatannya itu dan paham pula akan konsekwensi
apabila gugatan itu dikabulkan, Kemudian Hakim Ketua bertanya kepada Daniel
apakah mengerti maksud gugatam cerai yang dilakukan istrinya tersebut.Daniel
pun menjawab , mengerti. Apakah
menyetujui atau menerima gugatan cerai dari penggugat ?. Daniel menjawab “Tidak
menerima”.
Hakim ketua
bertanya: “Kenapa tergugat tidak
menerima?”. Dijawab oleh Daniel sambil tersenyum :” Saya tidak setuju bercerai
dengan dia yang mulia, karena saya masih mencintainya”. Daniel pun melirik kepada
Nurjannah. Kemudian, melanjutkan bicaranya. “Menurut rasa hati saya istri saya
Nurjannah juga masih cinta kepada saya”.
Hakim ketua
melihat kepada Nurjannah , dan langsung bertanya : “Bagaimana itu penggugat ? Betul apa yang dikatakan
tergugat?”
“Tidak betul
yang mulia, saya sama sekali tidak mencintainya lagi. Saya sudah cukup
menderita yang mulia. Saya sudah tidak tahan lagi hidup bersama dia. Mohon yang
mulia tidak mengubris permintaannya. Dia
laki laki kejam yang gampang marah dan
cepat tangan. Kalau dia sedang emosi, kesalahan saya sedikit saja dipersoalkan
dan kalau saya jawab tangannya langsung memukul saya”.
Daniel
tersenyum mendengar jawaban Nurjannah dan langsung menukas : “Kalau saya
seperti itu mana mungkin dia tahan menjadi istri saya sampai tujuh tahun Yang Mulia. Kami saling mencntai Yang Mulia, mungkin akhir
akhir ini istri saya tertarik pada laki laki lain , sehingga mencari alasan
yang di buat buat “
Nurjannah
amat geram mendengar tuduhan suaminya itu. Tapi dia tidak berdaya membantahnya.
Nurjannah terbawa emosi dan hanya bisa menitikkan air mata karena kesal.
Pengacara
Nurjannah ikut memberikan argumentasi yang menguatkan gugatan Nurjannah. Daniel
dengan pintar memanfaatkan lamanya hubungan perkawinan mereka yang mencapai
tujuh tahun itu sebagai kerangka acuan
bahwa selama ini hubungan mereka baik baik saja.
Sidang hari
pertama itu diakhiri karena kedua belah pihak tetap pada pendiriannya, dan
Sidang dilanjutkan sepuluh hari sejak hari itu.
Pada sidang
ke dua, sepuluh hari setelah sidang pertama, Nurjannah membawa anak anaknya
sebagai saksi di persidangan. Anak anaknya menjadi saksi atas kebenaran alasan
Nurjannah bahwa suaminya sering kasar dan memukulnya. Dalam kesaksian anak
anaknya mengungkapkan bahwa ibunya sering terlihat sembab pipinya, atau
bibirnya terluka dan mereka yakin bahwa itu adalah perbuatan dari bapak tirinya
yang benama Daniel itu. Sidang hari kedua ditunda lagi dilanjutkan seminggu
berikutnya pada hari yang sama.
Pada hari Minggu sore, Nurjannah
sedang sendirian di rumah. Pembantunya sedang keluar bersama temannya sesama
pembantu.Tiba tiba sebuah mobil Mercedes meluncur ke
pekarangannya. Nurjannah terkesiap, karena dia amat mengenal mobil itu sebagai
mobil suaminya Daniel. Daniel turun dari mobilnya setelah memarkir mobil itu Dia tersenyum kepada Nurjannah dan mengulurkan tangannya bersalaman dengan
Nurjannah. Nurjannah sebenarnya enggan bersalaman dengan laki laki yang sudah
dibencinya itu. Tapi disalaminya juga suami yang akan diceraikannya tersebut.
Daniel tampak ramah sekali kepada Nurjannah.
“Apa kabar
Nur. Nampaknya kamu sehat dan semakin cantik aja ya“. Berkata Daniel sambil melepaskan
senyum manisnya. Senyum yang dulu amat memikat bagi Nurjannah, tapi kini tidak
lagi.
Dia tidak
menjawab dia tersenyum sedikit dan
kemudian diam. Sementara itu Daniel juga diam. Masih Nampak kaku hubungan
keduanya, walaupun mereka belum bercerai secara resmi.
“Nur……. Saya
masih sayang sama kamu Nur. Saya masih cinta kamu. Tapi saya akan penuhi
permintaan cerai kamu. Tidak usah kawatir soal cerai itu. Pasti kamu dapat.
Tapi
Nur, …. Saya ingin kita berpisah baik
baik , Berpisah dengan kenangan manis. Saya sekarang bukan Daniel yang dulu
lagi. Bukan lelaki yang cepat selesai karena eyakulasi dini. Saya sudah normal
Nur. Itulah yang ingin saya buktikan kepada kamu. Mungkin bisa jadi kenangan
manis bagi kamu sebelum kita benar benar berpisah. “
Nurjannah,
menjadi pucat mendengar Daniel bicara begitu. Nurjannah mengerti , Daniel akan
membuktikan kepadanya kejantanannya yang selama ini tidak pernah terbukti.
Nurjannah diam saja belum memberikan persetujuan atas keinginan suaminya itu. Daniel
kembali bicara.
“Hanya
sekali saja Nur. Untuk membuktikan cinta dan sayang saya kepada kamu Nur.
Sehabis hari ini kita kan tidak akan bertemu lagi.” Nurjannah masih diam tidak
bicara sepatah katapunDaniel, limabelas menit sebelum sampai kerumah Nurjannah,
ternyata telah menelan sebutir Viagra, pil biru yang ampuh itu. Pil biru itu
nampaknya sudah bereaksi. Tanpa menunggu jawaban Nurjannah, Daniel berdiri dan
memegang tangan Nurjannah. Nurjannah kemudian berdiri dan bagai kerbau yang
dicocok hidungnya, Nurjannah ikut saja berjalan bersama Daniel masuk kekamarnya,
kamar yang dulu memang kamar mereka berdua. Danielpun mengunci pintu kamar
itu. Gairah yang sejak tadi ditahannya
dengan serta merta dilepaskannya . Nurjannahpun tampak sedikit bergairah.
Memang Viagra itu menolong sehingga
Daniel ereksi dengan mantab, Tapi tidak berpengaruh pada penyakit ED yang
diidap Daniel. Nurjannah merasakan Daniel jauh lebih baik dari selama ini,
walau masih tetap cepat selesainya.
Tidak lama
setelah mereka ML (making love) dikamar
Nurjannah. Daniel pun berpamitan. Dia cium Nurjannah dipipinya dan dengan
senyumnya yang khas dia berucap kepada Nurjannah.
“Baiklah Sayang,
besok kita berjumpa lagi di Pengadilan.” Daniel tanpa menunggu jawaban
Nurjannah pun pergi dan memghilang dengan mobilnya.
Nurjannah
kembali duduk terperangah dengan kejadian itu. Kejadian itu cepat
sekali. Hanya sekitar 12 menit sejak kedatangannya dan mungkin hanya sekitar
satu setengah menit mereka berada di kamar.
“Kalaulah
dia sebaik itu terus, tentu aku tidak akan menggugat cerai dia”, berguman
Nurjannah dalam hatinya.
Besoknya setelah peristiwa itu,
Nurjannah berjumpa lagi dengan Daniel di ruang sidang Pengadilan Agama yang
sedang menggelar perkara gugatan cerai Nurjannah terhadap suaminya. Sebagaimana
sebelumnya, hadir pada sidang itu Nurjannah
bersama pengacaranya dan Daniel suami Nurjannah sebagai tergugat. Setelah Hakim
Ketua membguka sidang dan memeriksa catatan
perkembangan sidang sebelumnya, sang Hakim Ketua langsung bertanya
kepada Nurjannah, apakah Nurjannah tetap dengan gugatannya ? Nurjannah membenarkan , bahwa tetap meneruskan
gugatannya. Lalu hakim ketua itu bertanya kepada tergugat , suami Nurjannah.
“Penggugat
tetap pada gugatannya. Bagaimana dengan tergugat. ?”
“Saya masih
mencintai istri saya Yang Mulia. Sebenarnya istri saya juga masih mencintai
saya. Semalam kami masih berhubungan badan Yang Mulia. Kalau dia tidak
mencintai saya lagi mana mungkin dia mau bersebadan dengan saya”’
Muka
Nurjannah memerah, dia malu luar biasa. Juga
amat marah, tangannya dikepalnya , ingin dia mendatangai suaminya itu dan menempelengnya. Giginya gemeretak karena geram,
tiada lagi rasa takut pada suaminya itu. Tapi akal sehatnya masih bekerja , dan
tanpa di duga diapun menangis, terisak dan berkata :
“Saya takut
pak Hakim. Dia mendatangi saya saat saya sendirian dirumah. Dia tarik tangan
saya saat saya masih duduk dan dibawanya masuk ke kamar. Saya berpikir dia akan
membunuh saya, ternyata dia hanya ingin melampiaskan nasfu binatangnya. Terus
terang semenjak dia datang sampai dia pergi setelah mengerjai saya, saya tidak
bicara separah katapun kepadanya. Saya takut sekali Yang Mulia. “
Nurjannah
tetap menangis sesengutan.
“Jadi
penggugat , terpaksa melakukannya karena takut kepada tergugat ?”
“Betul yang
mulia” menjawab Nurjannah sambil terisak.
‘Bagaimna
dengan tergugat, apakah benar penggugat tidak bicara sepatah katapun kepada
anda?
"Iya ,
yang mulia”
“Kalau
begitu jelas bahwa penggugat melakukan hubungan badan dengan tergugat bukan
karena cinta ,melainkan karena takut terhadap tergugat.
Itu
kesimpulan kami dalam soal hubungan badan antara tergugat dengan penggugat
malam kemaren”. Kemudian sidang di skors dan Hakim berunding untuk mengambil
keputusan terhadap perkara Gugatan Nurjannah melawan Tergugat Daniel Hatu, sang
suami dari Nurjannah.
Setelah sidang
dibuka kembali, Hakim Ketua langsung membacakan amar keputusannya , singkatnya Pengadilan
Agama Jakarta Selatan, setelah memeriksa
, menyidangkan dan mempertimbangkan keterangan keterangan dari Penggugat,
Tergugat dan saksi saksi, maka dst dst
dst …….. Memutuskan , mengabulkan gugatan dari penggugat keseluruhannya “
Artinya,
Nurjannah memenangkan gugantannya dan, resmi bercerai dari Daniel terhitung
mulai tanggal penetapan Pengadilan Agama hari itu.
Daniel
akhirnya pasrah dan menerima keputusan Pengadilan Agama Jkt Selatan itu. Dia menyalami hakim dan
panitera, Kemudian dengan tetap tersenyum dia mendatangi Nurjannah, menyalami
Nurjannah dengan tetap tersenyum, walau
senyum itu nampak kecut. Pengacara Nurjannah ikut disalami oleh Daniel.
Nurjannahpun berdiri dan maju ke depan dan menyalami pula para hakim dan
panitera.
Dalam
perjalanan pulang Nurjannah menelepon anak anaknya memberitahukan keputusan
Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang mengabulkan
gugatannya. Anak anaknya bersyukur atas keputusan itu, dan mereka yakin ibu
mereka sudah terbebas dari KDRT mulai sekarang.